Pendidikanagama Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah, serta berpegang teguh pada Jl. Gondang Manis Babakan Ciwaringin, Ciwaringin, West Java,
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon merupakan salah satu pesantren yang ada di Kota Cirebon. Adapun belajar mengajar di pesantren ini menggunakan kurikulum yang berlaku di tambah dengan ilmu agama. Ada juga kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah untuk santri seperti karate, basket, futsal, grup belajar dan Babakan Ciwaringin Cirebon memiliki staf pengajar uztad/uztazah serta guru yang kompeten pada bidang pelajarannya masing-masing sehingga berkualitas dan menjadi salah satu pesantren terbaik di Kota Cirebon. Tersedia juga berbagai fasilitas seperti ruang kelas yang nyaman, asrama yang nyaman, laboratorium praktikum, perpustakaan, lapangan olahraga, kantin, masjid dan kunjungi pesantren terdekat ini untuk info pendaftaran, biaya pendaftaran, info biaya SPP, info kurikulum, info pesantren di Kota Cirebon, nomor NPSN dan lainnya. Anda juga bisa menghubungi kontak atau mengakses website sekolah jika tersedia. Belum ada gambar galeri. Dimana alamat Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon? Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon beralamat di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Jl Kebon Jambu No.1 Babakan Ciwaringin, Cirebon, West Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon - Home Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon

Ulasan ā„–1Materi pendidikan yg diajarkan di Pondok Pesantren Assalafie ini mencangkup bidang Hukum Fikih, Teologi Tauhid, Pendidikan Moral Tasawuf, Gramatika Bahasa Arab Nahwu, Saraf, Balaghah dan Pendidikan Keterampilan šŸ‘šŸ»šŸ‘šŸ»Ulasan ā„–2Tempat mondoknya Bapak dan sekarang adik aku yg disitu, smpe skrang masih krasan di pondok. Smoga diberikan kemudahan dalam mencari ilmu šŸ˜‡Ulasan ā„–3Tidak hanya pendidikan formal tapi juga terdapat pendidikan spiritual didalamnyaUlasan ā„–4Tempatnya enak masih asri, cocok untuk Pelajar yang mau mendalami Ilmu ā„–6Tempatnya enak sarana dan prasarana juga memadaiUlasan ā„–7Assalamualaikum maaf admin mau nanya santriwati yang namanya ā„–8Pusat pendidikan yang mampu membuat jalan surga dunia dan akhiratUlasan ā„–9Tempat yg bagus tuk menuntut ilmu agama... semoga tetap terjaga dan termashur...Ulasan ā„–11Sangat luar biasa pendidikan bukan hanya untuk pengajian saja tetapi untuk sekolah umum pun ada dan luar biasaUlasan ā„–13Maaf saya mau info ttg ppdb umtuk MA dan sgl biayanya trims, ditunggu yaUlasan ā„–15Pondokku assalafie tempat ku menuntut ilmu-Ulasan ā„–16Sebuah tempat yang sangat bagus untuk menuntut ilmuUlasan ā„–17Satu diantara pondok pesantren babakan favoritUlasan ā„–18Seru sekali banyak kakak kakak santriUlasan ā„–19Karena merubah manusia lbih baikUlasan ā„–20Semoga semuanya diberkahi amiin..Ulasan ā„–21Mencari ilmu di tanah penuh sejarahUlasan ā„–24Menimba ilmu dunia akhiratUlasan ā„–27Merasa, dirasa, terasa. Ulasan ā„–29Memang Sangat Sangat BagusUlasan ā„–31Bagus untuk pondok pesantren

Profil Pondok Pesantren Raudlatul Banat adalah Lembaga Pendidikan Islam (Salaf), terlahir atas motivasi dan kepentingan agama Islam, berlokasi di Babakan Ciwaringin Cirebon.

Kebon Jambu al-Islamy adalah produk ulama kharismatik yang tawadhu dan alim yakni didirikan oleh almaghfurlah KH Muhammad. Ia adalah sosok guru panutan bagi santri-santrinya, tak jarang beliau turun langsung mendidik santri-santrinya mengaji, belanja ke pasar menyediakan fasilitas makan santri, membangunkan santri-santrinya setiap pagi, bahkan membongkar septic tank mampet di sudut belakang sebelah dapur umum para santri. Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy yang terletak di Desa Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon ini bisa dibilang unik. Komplek-komplek tempat istirahat para santri diberi nama sesuai dengan nama kota-kota besar yang ada di tempat kelahiran nabi. Sebut saja Makkah, Mina, Madinah, Muzdalifah dan Aziziyah. Di Pondok Pesantren ini juga terkenal dengan dua perintah dan sembilan larangannya yang menjadi undang-undang dasar yang wajib dipatuhi santri. Dua perintah yaitu 1 rajin mengaji supaya pandai dan 2 rajin berjama’ah supaya benar. Yang dimaksud mengaji di sini tidak hanya sebatas mengaji kitab suci Al-Qur’an saja, melainkan seluruh ilmu yang penting untuk dipelajari termasuk kitab-kitab dan juga buku-buku pelajaran. Bahkan menjaga toko, melakukan ro’an, dan membersihkan halaman pun dianggap oleh para santri sebagai mengaji diri sendiri. Sedangkan yang dimaksud berjama’ah tak hanya sebatas shalat berjama’ah, melainkan bisa diartikan dengan berorganisasi, dan hidup bermasyarakat. Sedangkan untuk sembilan larangan yang pertama, tidak boleh sering jajan. Maksudnya agar para santri mampu menahan hawa nafsunya dan menggunakan uang kiriman dari orang tua dengan sebaik-baiknya sehingga para santri terhindar dari drop out keluar dari pondok karena kehabisan biaya. Selain itu ternyata dampak dari larangan ini sangat luar biasa, para santri yang tidak sering jajan akan terhindar juga dari perbuatan mencuri. Karena ada beberapa santri yang ketahuan mencuri alasannya karena banyak jajan dan kehabisan uang yang dikirimkan oleh orang tuanya, sehingga membuat santri tersebut berani mengambil uang milik orang lain. Kedua, tidak boleh banyak tidur. Santri yang sedang menuntut ilmu tidak boleh menghabiskan waktunya hanya untuk tidur karena bagi orang yang menuntut ilmu cukup 6 jam waktu tidur dalam sehari. Bila melewati 6 jam akan membuat hati menjadi rusak dan keras’, sehingga ilmu yang ia pelajari akan sulit masuk. Sedangkan tidur kurang dari 6 jam akan membuat tubuh kita kurang sehat. Sehingga kegiatan mencari ilmu akan terganggu. Ketiga, tidak boleh keluyuran. Para santri tidak boleh sering jalan-jalan karena akan menghambur-hamburkan uang sehingga sejalan dengan peraturan yang nomor satu. Selain itu, sering keluyuran juga akan membuat hati menjadi beku karena santri yang sering jalan-jalan, maka pikirannya menginginkan apa yang dilihat oleh matanya. Sehingga akan menimbulkan ketidakfokusan dalam mengaji. Keempat, tidak boleh sering melihat tontonan’. Para santri tidak boleh sering melihat tontonan sekecil apapun, karena menonton merupakan kesenangan hawa nafsu dan jika selalu diikuti akan lupa pada belajar. Saat ini memang banyak orang yang terlena dengan tontonan baik di televisi, hp atau pun tontonan-tontonan secara live seperti organ tunggal, konser musik, pertandingan bola dll, sehingga akan lupa waktu dan menyebabkan lupa akan belajar. Kelima, tidak boleh bermain bola. Para santri yang sedang menuntut ilmu di pondok pesantren dilarang bermain bola karena dapat menyebabkan para santri lupa waktu dan ketinggalan mengaji dan shalat berjama’ah. Keenam, tidak boleh memanjangkan rambut dan melepas peci. Para santri tidak boleh memanjangkan rambutnya lebih dari 5 cm karena santri yang memanjangkan rambutnya akan memiliki sifat kekanak-kanakan meskipun usianya sudah senja. Selain itu santri dilarang melepas peci/kopiah karena akan menumbuhkan sifat kedewasaan dalam dirinya dan terhindar untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat. Ketujuh, tidak boleh sering pulang. Santri yang sedang menuntut ilmu tidak boleh sering pulang ke rumah atau ke kampung halamannya karena akan menyebabkan ketidakbetahan dan membuat santri tersebut ketinggalan pelajaran serta tidak fokus dengan pengajiannya. Kedelapan, tidak boleh pindah sebelum tujuh tahun. Maksud dari wasiat ini adalah santri yang sedang menuntut ilmu tidak boleh pindah/boyong pondok sebelum tujuh tahun, karena akan menyia-nyiakan waktu dan sulit mendapatkan ilmu yang berhasil. Kesembilan, tidak boleh boyong sebelum pandai. Santri yang ingin berhenti mondok/boyong dan memutuskan untuk hidup bermasyarakat maka tidak akan mendapatkan izin kecuali ia sudah pandai. Meskipun santri tersebut sudah menetap di pesantren lebih dari tujuh tahun, namun santri tersebut belum dianggap pandai maka tidak diperkenankan untuk boyong atau bermukim di masyarakat. Karena santri yang keluar dari Pondok Pesantren akan membawa amanah untuk mengajarkan kembali ilmu yang ia dapatkan kepada masyarakat. Selain dua perintah dan sembilan larangan yang merupakan wasiat turun temurun dari gurunya pendiri Kebon Jambu al-Islamy yakni Almaghfurlah KH M. Sanusi tersebut, santri Kebon Jambu juga diwajibkan menyelesaikan hafalan kitab yang harus dikuasainya. Dari mulai Jurmiyah, Awamil, Tashrifan, Amrity dan Alfiyah. Metode sorogan juga salah satu metode andalan yang sangat bermanfaat dan membekas dalam benak para santri. Ada yang lucu dan aneh yang saya alami langsung ketika menjadi santŕi di Kebon Jambu. Sekolah di lingkungan sekitar mengenal santri kebon jambu sebagai "santri ngantukan" tukang tidur yang ketika dalam proses belajar di kelas pasti mereka tertidur. Namun anehnya di beberapa sekolah meskipun mereka ngantukan justru santri kebon jambu malah berprestasi minimal 3 besar di kelasnya. Dari sudut pandang yang lain, santri jambu senior sudah menjadi ustadz juga banyak yang dimanfaatkan oleh pondok pesantren sekitar untuk membantu mendidik santri di ponpesnya. Bahkan tak jarang mereka mengajarkan kitab-kitab dengan tingkat kesulitan yang tinggi seperti Bulughul Marom, Riyadusholihin, Alfiyah Ibnu Malik, dan lain sebagainya. Kini usianya sudah 29 tahun, tak muda lagi tapi juga gak tua-tua amat. Semoga tetap eksis dan selalu memberikan banyak manfaat bagi nusa, bangsa, dan agama. Serta mencetak lebih banyak manusia hebat yang pintar, cerdas, dan juga berakhlakul karimah. Syamsul Fuad/Aswad, santrine akang
Didirikanoleh al Arif Billah al Maghfurlah KH. Syaerozie Abdurrohim (W: 2000 M), profil lengkap Jl. Gondang Manis No. 52 Desa Babakan Kec Ciwaringin Kab Cirebon Jawa Barat Kode Pos 45167,

Web server is down Error code 521 2023-06-13 180623 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6c44639ca01e9d • Your IP • Performance & security by Cloudflare

Rp2.700.000. Tabel di atas merupakan penjelasan rincian biaya masuk Pondok Pesantren Buntet Cirebon untuk program atau jenjang pendidikan tingkat SD, SMP hingga SMA. Sementara untuk tingkat perguruan tinggi atau STIT Buntet Cirebon sebenarnya akan sedikit berbeda. Agar lebih jelasnya, berikut adalah daftar biaya masuk Pondok Pesantren Buntet
Sejarah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Pondok Pesantren Babakan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Pendahuluan Lembaga pendidikan Islam tradisional atau pesantren di Indonesia hari ini, termasuk pesantren-pesantren di Cirebon, oleh banyak akademisi dijadikan sebagai subjek penelitian. Hal ini seolah menjawab tantangan KH. Abdurrahman Wahid selanjutnya ditulis Gus Dur di tahun 1983, dalam paragraf pertama esainya ā€œPesantren Sebagai Subkulturā€. Pengakuan bahwa pesantren adalah subkultur masih berupa usaha pengenalan identitas kultural yang dilakukan dari luar kalangan pesantren, bukanya oleh kalangan pesantren sendiri. Jika diingat pendekatan ilmiah yang terbaik untuk mengenal hakekat sebuah lembaga kemasyarakatan adalah pendekatan naratif narrative, dimana kalangan lembaga itu sendiri yang melakukan identifikasi dalam bentuk monografi-monografi. Dengan demikian, selama istilah itu belum diuji secara ilmiah-murni, kesimpulan apapun juga yang didapat dari penggunaan masih akan berupa kesimpulan sementara, tetapi sifat kesementaraan itu tidak mengurangi nilai objektifitas ilmiahnya.[1] Di dalamnya, Gus Dur secara tersirat berkeinginan untuk menjadikan lembaga pendidikan Islam tradisional ini menjadi subjek penelitian yang berkelanjutan. Karena pesantren dari masa ke masa, dari masa wali songo hingga sekarang, terus tubuh dan berkembang. Sedangkan penelitian yang dilakukan, bisa difungsikan sebagai alat untuk menemukan sistem pendidikan yang paling mendekati kebenaran, untuk mencapai tujuan atau hasil yang lebih maksimal[2]. Di Cirebon, ada banyak pesantren yang biasa dijadikan subjek penelitian, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin[3], Pondok Pesantren Buntet[4], Pondok Pesantren Kempek, dan beberapa pesantren lainnya[5]. Masing-masing peneliti menggunakan berbagai macam pendekatan untuk mengupas pesantren. Dari mulai pendekatan sosiologis, antropologis, sampai dengan pendekatan historis[6]. Peneliti tumbuh dan berkembang dalam lingkungan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, merasa harus terlibat dalam lingkungan penelitian dengan pesantren sebagai subjeknya. Terlebih Gus Dur masih dalam esai ā€œPesantren Sebagai Subkulturā€ menawarkan model penelitian pesantren yang berasal kalangan lembaga pendidikan Islam Tradisional itu sendiri, dengan melakukan identifikasi[7]. Sebagai subjek penelitian, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin adalah pondok pesantren yang unik, karena di dalamnya bukan hanya satu lembaga pendidikan tetapi ada banyak pesantren. Saat ini, ada sekitar 30 pondok pesantren di lingkungan Babakan Ciwaringin[8]. Semuanya tumbuh bersama, namun dengan corak dan identitas kelembagaannya masing-masing. Menariknya, di tengah komunitas pendidikan Islam Trasional, tumbuh secara cepat lembaga pendidikan Islam formal berbasis madrasah. Mahmudah dalam menyebutkan ada banyak lembaga pendidikan selain pesantren di Babakan Ciwaringin[9], Di samping lembaga pondok pesantren, bumi Babakan juga memiliki sejumlah lembaga pendidikan formal baik milik pemerintah maupun swasta. Di antara lembaga pendidikan milik pemerintah, yaitu; Madrasah Aliyah Negeri disebut juga dengan MAN Model, Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN, dan Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN, dan Sekolah Dasar Negeri SDN. Sementara itu, guna membekali santri dengan ijazah yang legitimate, pendidikan madrasah dan sekolah umum yang terstruktur dan berjenjang, didirikan di bumi pesantren Babakan. Di antara lembaga pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak, antara lain; RA/TK Uswatun Hasanah dan TK Perjuangan, Madrasah Ibtidaiyah Madrasah A’malul Muta’allimin, Madrasah Rahmatal Lil’alamin, Madrasah Tsanawiyah Madrasah Salafiyah Syafi’iyah/MSS, Sekolah Menengah Pertama Pesantren/SMPP dan Madrasah Aliyah Madrasah Aliyah Pesantren/MAP, SMEA Babakan, SMK Tribakti. Di samping lembaga pendidikan tingkat Atas/Aliyah ke bawah, pesantren Babakan Ciwaringin juga menyelenggarakan pendidikan Strata satu S1; yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Ali STAIMA dengan konsentrasi pada studi pendidikan Islam/Tarbiyah dan Ma’had Ali Al-Hikamus Salafiyah yang mengkonsentrasikan pada studi Hukum Islam dan Sejarah Pemikiran Islam. Lembaga pendidikan lain yang bersifat non formal adalah lembaga pendidikan dan pelatihan al-Biruni. Lembaga ini memfasilitasi para santri dalam program pengembangan pendidikan dan ketrampilan, baik melalui kursus bahasa Inggris, Arab, komputer, lokakarya dan lain-lain. Dengan berbekal fakta di atas, peneliti melihat pengungkapan dinamika relasi kedua jenis lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Babakan ini menjadi penting. Sebagai pisau analisanya, pendekatan sejarah[10] adalah hal yang tidak bisa tawar, karena proses relasi kedua jenis lembaga ini memanjang dalam ruang waktu. Rumusan Masalah dan Batasan Penelitian Rumusan Masalah Sebelum pada pertanyan utama, ada beberapa pertanyaan penelitian yang penting untuk dijawab sebagai dasar penelitian. Bagaimana dinamika Pesantren Babakan Ciwaringin dari masa perintisan sampai sekarang?Bagaimana dinamika lembaga pendidikan Islam formal madrasah di Babakan Ciwaringin? Setelah dua pertanyan di atas terjawab, kemudian penelitian ini berusaha menjawab pertanya utamanya, bagaimana dinamika relasi antara pesantren dan pendidikan formal, khususnya dari sisi kelembagaan? Batasan Penelitian Batasan penelitian penting dituangkan, agar penelitian tidak keluar dari subjek penelitiannya. Penelitian hanya fokus pada pesantren-pesantren yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Babakan hanya fokus pada lembaga pendidikan formal yang berbasis hanya fokus pada dinamika relasi kelembagaanya. Landasan Teori Berkaitan dengan pertanyaan penelitian di atas, kajian ini memfokuskan pada dinamika relasi lembaga Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan formal Madrasah. ā€œdinamikaā€, ā€œrelasiā€ dan ā€œlembaga pendidikan Islamā€ adalah kata kunci utama penelitian ini. Ketiga kata kunci ini, penting untuk dibahas sebelum melakukan penelitian dengan pendekatan sejarah. Agar semua data yang diungkap dalam ā€œhasil penelitianā€ memiliki landasan teori yang kuat. Pengertian Dinamika dan Relasi Dinamika secara bahasa berasal dari kata dynamic, dynamism mengandung makna tenaga gerak, bergerak[11]. Lebih Peter Salim dalam kamusnya ā€œThe Contemporary English Indonesian Dictionaryā€ mendefinsikan ā€œdinamikaā€ dengan perubahan atau pergerakan yang berkelanjutan, dan bisa dimaknai sesuatu yang berhubungan dengan gerak kemajuan[12]. Dalam pandangan Munir, dinamika adalah suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami perubahan, maka akan membawa perubahan pula pada unsur-unsur lainnya[13]. Dalam penelitian dengan menggunakan ā€œpendekatan sejarahā€, kata ā€œdinamikaā€ menjadi suatu yang lumrah digunakan. Hal ini karena kata ā€œdinamikaā€ sendiri, sebagai mana dikaji secara bahasa di atas, bisa mewakili peristiwa yang berjalan dari masa tertentu ke masa setelahnya. Misalnya, buku ā€œDinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baruā€ karya Moch. Tolcha[14], di dalamnya rangkaian peristiwa sejarah pendidikan dibahas, dari satu periode ke periode berikutnya. Sedangkan kata ā€œrelasiā€ dalam KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesi bermakna hubungan; hubungan, pertalian[15]. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya. Dalam konteks penelitian ini, adalah satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya, antara pesantren dengan madrasah. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam Kata ā€œlembagaā€ dalam KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna yang beragam; ā€œ1. asal mula yang akan jadi sesuatu; bakal binatang, manusia, atau tumbuhan; 2. bentuk rupa, wujud yang asli; 3. acuan; lekatan tt mata cincin dsb; 4. badan organisasi yg tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usahaā€. Sedangkan kata ā€œlembagaā€ jika bersambung dengan ā€œpendidikanā€, bermakna ā€œlembaga yang mengurusi masalah pendidikanā€[16]. Jadi, pengertian ā€œLembaga Pendidikan Islamā€ secara bahasa adalah lembaga yang mengurusi masalah pendidikan Islam[17]. Dalam pandangan Moh. Roqib, lembaga pendidikan adalah istitusi yang memang secara sengaja dibentuk untuk keperluan khusus kependidikan[18]. Artinya, dengan menggunakan dasar pandangan Moh. Roqib, lembaga pendidikan Islam bisa dimaknai, ā€œistitusi yang memang secara sengaja dibentuk untuk keperluan khusus kependidikan Islamā€. Faktor ā€œsengajaā€ atau ā€œsadarā€ dalam membangun lembaga pendidikan Islam, menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abuddin Nata, membutuhkan enam dasar argumentasi; historis, sosiologis, ekonomi, politik, administrasi, psikologi, dan filosofis[19]. Idealnya secara teoritik, baik lembaga pendidikan Islam tradisional atau lembaga pendidikan formal berbasis madrasah, menjadikan seluruhnya sebagai dasar konseptual berdirinya sebuah pendidikan Islam. Pesantren adalah bagian didalam kategorisasi lembaga pendidikan Islam tradisonal. Ini sangat jelas dalam defisini pesantren yang disampikan oleh Mastuhu, ā€œadalah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hariā€[20]. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga memiliki subjek pendidikan. Menurut Wahid Zain, peserta didik baca santri memiliki ciri yang sangat khas; 1. Relatif memiliki kepedulian terhdap kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah, 2. Menjaga hubungan baik dengan Allah, sebagai Pencipta dan Pemiliknya, 3. Menjaga hubungan baik terhadap sesama[21]. Ciri lain dari pesantren adalah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu santri dibiasakan hidup sederhana dan memiliki sikap tunduk dan patuh kepada kyai. Tinggal dalam jangka waktu yang lama dengan kyai selama proses pendidikan juga menjadi bagian dari ciri pesantren[22]. Sejarah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Hasil Penelitian Sejarah Menjelang Perintisan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Sebagai pembuka bahasan sejarah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, peneliti akan menyampaikan terlebih dahulu pesantren yang lebih dahulu hadir di Cirebon. Sebagai penjelas posisi, meskipun Pondok Pesantren Babakan Cirebon termasuk pesantren tua di Indonesia, tetapi ada pesantren yang jauh lebih tua darinya. Pesantren tertua di Cirebon tertua adalah pesantren yang didirikan oleh Syekh Nurjati. Dalam keterangan Didin Nurul Rosidin yang dikumpulan dari berbagai naskah klasik Cirebon[23], pesantren tersebut berdiri pada abad 15. Syekh Nurjati membangun pesantrennya di bukit Amparan Jati, di kampung Pesambangan. Di dalam pesantrennya, Syekh Nurjati banyak sekali mengajarkan banyak ilmu keislaman; ilmu ushuluddin, ilmu fikih, ilmu tasawuf, dan berbagai macam hizib, doa-doa serta Asma Allah. Di luar hal yang kognitif, Syekh Nurjati juga memberikan keilmuan dalam ranah afektif dan psikomotorik, adalah ā€œ1. Kebaikan budi pekerti. 2. Kemurahan hati. 3. Sopan santun, merendah diri, jangan takabbur, jangan congkak. 4. Melakukan pengetahuannya dengan hati-hati jangan sampai dikatakan orang bahwa ia tidak baik atau tidak benarā€. Syekh Nurjati juga menganjurkan agar peserta didiknya, ā€œsuka bertapa, sedikit makan, menjauhi pergaulan orang-orang yang kurang waras jalan fikirannya dan menjauhi pergaulan dengan orang-orang cerdik pandai tetapi mempunyai kesopanan dan tatakeramaā€[24]. Setelah pesentren yang didirikan oleh Syekh Nurjati, yang lebih dahulu dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, adalah pesantren yang didirikan oleh Syekh Syarif Hidayatullah. Sebelum mendirikan pesantren, Syekh Syarif Hidayatullah memulai dengan membangun tajug atau masjid sebagai pusat pendidikan dimana beliau mendidik murid-muridnya[25]. Syekh Syarif Hidayatullah adalah sosok yang tidak hanya fokus pada dunia pendidikan Islam. Itu yang kemudian setelah mendapatkan amanah menjadi pimpinan tertinggi di karaton Cirebon, yang diberikan kakak dari ibunya bahasa Cirebon uwa. Beliau dan generasi selanjutnya menjadi keraton sebagai pusat pendidikan. Pembuktian yang tidak bisa terbantahkan bahwa karaton sebagai pendidikan Islam—yang sebelumnya berada di pesantren, adalah data yang dikumpulkan oleh Hadi[26]. Disebutkan ada banyak naskah keagaaman, mulai dari naskah kitab yang membahas tentang tajwid, fiqih, sampai dengan naskah tarekat. Sayangnya kegemilangan keraton sebagai pusat pendidikan Islam tergerus, karena keraton-keraton di Cirebon Kasepuhan, Kanoman, Kacirebon, dan Kaprabonan berhasil potong perannya oleh penjajah Belanda.[27] Sejarah Perintisan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Perintisan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin oleh Kyai Jatira atau KH. Hasanuddin 1715 adalah bagian dari potret dinamika pendidikan Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Pusat pendidikan Islam yang awalnya berpusat di-ā€œkeratonā€ kemudian berpindah ke daerah-daerah, salah satunya upaya Kyai Jatira merintis Pondok Pesantren di daerah Babakan Ciwaringin, di perbatasan Karesidenan Cireboan dan Karesidenan Priangan. Kyai Jatira jelas orang yang tahu benar kondisi keraton saat itu, karena beliau adalah putra dari KH. Abdul Latief yang masih punya hubungan kekerabatan keraton[28]. Saat itu baca awal abad 18 posisi politik keraton sudah lemah di hadapan penjajah Belanda. Lembaga pendidikan Islam yang dirintis oleh Kyai Jatira sangat sederhana. Sikap hidup pendirinya pun yang sangat sederhana dan gampang menyatu dengan masyarakat sekitar, terutama mereka yang tergolong miskin. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab pesantren yangd dirintisnya cepat tumbuh. Penanaman sikap anti-kolonial pun menjadi salah satu hal yang sangat kental di pesantren ini. Ini yang kemudian menjadikan Zamzami membuat tesis, jika Pondok Pesantren Babakan bukan hanya dirintis sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai ucapaya membangun strategi perlawanan terhadap penjajah[29]. Sejarah Lahirnya Pesantren-Pesantren di Babakan Ciwaringin Kyai Jatira wafat, tidak ada data atau penelitian akademik berhasil mengungkap tahun berapa beliau wafat. Penerus beliau dalam perintisan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin adalah menantunnya KH. Nawawi. Walaupun dalam fakta historis yang diungkap oleh Zamzami, disebutkan bahwa KH. Nawawi tidak meneruskan proses pendidikan Agama Islam di lokasi di mana Kyai Jatira merintis. Melainkan berada satu kilometer sebeluh selatan, dari lokasi pondok pesantren yang dirintis oleh Kyai Jatira[30]. Berbeda dengan masa Kyai Jatira, pada masa KH. Nawawi, pondok pesantren ini sudah memiliki nama yang eksplisit, yaitu Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin. Dalam mendidik peserta didik di pesantren yang dibangunnya ini, KH. Nawawi dibantu oleh KH. Adzroi. Setelah wafat keduanya, pesantren dipimpin oleh putra KH. Adzroi, KH. Ismail[31]. Pada masa beliau ini, ada banyak santri yang kemudian menjadi ulama besar, salah satunya KH. A. Syathori[32], putra Sanawi bin Abdullah bin Muhammad Salabi, pendiri Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun. Setelah KH. Ismail bin KH. Adzroi wafat 1800, Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin dipimpin oleh KH. Amin bin KH. Arysad selanjutnya ditulis KH. Amin Sepuh. Dari data yang diungkap oleh Zamzami, kepemimpinan lembaga pendidikan tidak langung dipimpin oleh KH. Amin Sepuh, melainkan baru beliau pimpin pada tahun 1916[33]. Sepanjang kepemimpinan KH. Amin Sepuh sampai dengan beliau wafat tahun 1972, dengan pola pendidikan tradisional yang digunakannya, berhasil melahirkan ulama-ulama besar yang dikemudian hari juga mendirikan pondok pesantren. Antara lain, Habib Muhammad bin Yahya Kang Ayip Muh, Kota Cirebon, KH. Masykur Yasin, KH. Abdullah Abas Buntet, KH. Syukron Makmun, KH. Hannan, KH. Sanusi, KH. Machsuni Kwittang, dan lainnya[34]. Perjungan KH. Amin Sepuh cukup keras dalam membangun Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin. Pesantren diserang oleh penjajah, seluruh santri pergi dan keluarga KH. Amin Sepuh mengungsi. Kitab-kitab bahan pembelajaran dibakar termasuk Al-Quran, bangunan dihancurkan. Tahun 1955, KH. Amin Sepuh kembali dari pengungsian. Mendengar kembali pesantren beliau Raudlatut Tholibin sudah kembali aktif, para santri dari berbagai daerah berdatangan. Dari tahun ke tahun bertambah, sampai tidak tertampung lagi. Disebutkan oleh Zamzami[35], saat itu rumah-rumah pendidik baca ustadz yang ikut mengabdi dalam Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin dijadikan tempat para santri tinggal dan tempat berlangsungnya prose pembelajaran. Di antaranya umah KH. Hanan, KH. Sanusi, dan lainnya[36]. Jumlah santri yang terus banyak, menjadikan para pendidik yang sebelumnya mengabdi di Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, mulai merintis pondok pesantren masing-masing. Di antaranya, Tahun 1960-1970 adalah tahun-tahun dimana Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, berlahiran pondok pesantren baru. Awal-awal tahun 1960-an, KH. Syaerozie mendirikan Pondok Pesantren Asaalafie[37]. Secara garis besar pondok pesan ini mengarakan banyak hal mulai dari di hal fikih, tauhid, tasawuf, gramatika bahasa Arab nahwu, saraf, balaghah, dan hal lainnya yang berkaitan dengan keterampilan. Tahun 1965, KH. Amin Halim dan Nyai Masturoh Amin, mendirikan Pondok Pesantren Muallimat. Khoriyah menyebutkan, pondok yang khusus santri perempuan ini, hanya mengikuti pendidikan dilingkungan pesantren[38]. Tidak dibolehkan mengikuti pendidikan formal, yang saat itu sudah mulai tumbuh lihat pada pembahasan pendidikan formal. Di tahun 70an, lahir Balai Pendidikan Pondok Putri AL-Istiqomah BAPENPORI yang dirintis oleh Nyai. Hj. Izzah dan suaminya KH. Fuad Amin. Seperti halnya Pondok Pesantren Muallimat, pondok ini beridiri khusus santri perempuan. BAPENPORI sangat komitmen dengan pendidikan perempuan, karena bukan hanya pindidikan keislamaan, pesantren mengadakan berbagai kegiatan. Mulai dari kursus PKK Kursus Pendidikan kesejahteraan keluarga; home industri dan menjahit, kursus mengetik, dan berbagai program berbagai kursus lainnya[39]. Dari masa kemasa, kesemua pondok pesantren di Babakan Ciwaringin mengunakan pola pembalajaran tradisonal. Yaitu semuanya berkiat dengan kitab kuning atau kitab yang dikarang ulama, terutama yang mengunakan bahasa Arab. Semua kategorisasi kitab kuning yang dilakukan Zamakhsyari Dhofier masuk di dalamnya; ā€œ1. Nahwu dan shorof; 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadits; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika, dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghahā€[40]. Sedangkan metode pembelajarannya dengan bandongan dan sorogan, dengan sistem halaqah. ā€œSorogan artinya belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Bandongan artinya belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Biasanya kiyai menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajarinyaā€[41]. Dalam konteks kelembagaan, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin terus tumbuh. Zamzami dalam bukunya ā€œBabad Kanaā€ mengungkap adanya dua hal yang sangat mendasar bagi sebuah lembaga pendidikan; 1. Landasan filosofis Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, 2. Visi dan Misi Pesantren Babakan Ciwaringin[42]. Landasan Filosofis Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin terlahir sebagai manifestasi kebutuhan ummat akan pola dan sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi kekinian, kondisi di mana hajat akan terciptanya sebuah generasi yang tidak hanya mengejar nilai-nilai duniawi juga tidak hanya ngejar nilai-nilai ukhrawi yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari ā€œDan tuntutlah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu kebahagiaan akhirat, dan jangan lupakan kehidupan dunia, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berlaku baik kepadamu, dan jangan membuat kerusakan dimuka bumi, seseungguhnya Allah tidak menyukai orang yang merusakā€ QS. Al-Qashash 77. Visi dan Misi Babakan Ciwaringin Visi Pesantren Babakan Mewujudkan pesantren yang unggul, dengan mengambangkan kecerdasan, keterampilan, kemandirian berdasarkan akhlakul karimah menuju generasi yang mampu menjadi mudzirul qaum penuntun dan pemimpin umat. Mempersiapkan sumberdaya manusia muslim yang memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang secara bidimensional dengan menghilangkan dikotomi dan ukrowi serta mampu mengimplementasikannya kepada kehidupannya yang ihsan fi ad-darain. Misi Pesantren Babakan Mempersiapkan kader kader muslim depan yang mempunyai iptek, memiliki daya juang yang tinggi, mampu berkreasi secara inovatif, aktif dan dinamis di atas landasan iman, dan taqwa yang kurikulum pondok pesantren tradisonal dengan kurikulum pendidikan nasional dalam rangka menghilangkan kesan dikotomis antara ilmu pengetahuan umum dan medan juang santri meliputi seluruh aspek kehidupan dengan bekal iman sebagai landasan keyakinan, pandangan dan sikap hidup yang kemampuan profesional dan pengatahuan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan pendidikan dengan kebutuhan dunia pendidikan dan tuntutan dinamika kehidupan masyarakat. Walaupun ada misi dan visi secara umum ditulis di atas, penulis temukan ada beberapa pesantren di Pondok Pesantren Bababan memiliki kedua hal itu. Di salah satunya di Pondok Pesantren Mua’alimat Visi dan Misi Pondok Pesantren Muallimat Visi Pondok Pesantren Muallimat Mencetak generasi yang beriman , berilmu, bertakwa, beramal shaleh dan berakhlak karimah. Pondok pesantren khusus putri yang aman dari pergaulan bebas, mencetak kader muslimah yang bijak dan bermartabat Misi Pondok Pesantren Muallimat Mengantarkan santri menguasai ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan. Mendidik santri memiliki kematangan ilmu keagamaan dan ilmu ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan dengan ikhlas dan istiqomah.ā€œMembangunā€, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para masayikh tinggi nilai-nilai akhlakul penghormatan dan penghargaan kepada para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berjasa dalam membangun masyarakat madani. Tahun 1993 KH. Muhammad dan Nyai Hj. Masyiah mendirikan Pondok Pesantren Jambu. Ada satu hal yang unik dari pondok pesantren ini, bahkan cenderung berbeda dengan pondok-pondok pesantren lainnya di Babakan Ciwaring, karena yang diajarkan hanya kitab tertentu saja, berjumlah sebelas. Kitab sebelas yang dimaksu adalah ā€œSafinah An-Najah, Tijan Darory, Qortul Al-Ghais, Sullam Najah, Minahul Tsaniah, Bahjah Al-Wasail, Tanqih Al-Qoul, Sullam Taufiq, Ar-Riyadh al-Bad’ah, Fath al-Qarib, dan Ta’lim Muta’alimā€[43]. Tahun 2012 KH. Syarif Abu Bakar bin Yahya beserta istrinya Nyai Hj. Fitriah Yahya mendirikan Pondok Pesantren Daar Al-Zahra. Yang membedakan pesantren dengan pesantren lainnya di Babakan Ciwaringin adalah Dalam pembelajaran Kitab kuning menggunakan halaqoh hadromiyah, Metode Qiroati, Metode Amstilati. Model pendidikan yang digunakan di dalam pesantren adalah pendidikan karakter, hal ini sesuai dengan misi dan visinya ā€œmenjadikan Pondok Pesantren Daar Al-Zahra sebagai lembaga pendidikan berakhlakul karimah dengan menerapkan ihyaussunnah, membantu santri untuk berakhlakul karimah yang berorientasi pada ihyaussunnah, dan tafaqquh fiddin mendalami ilmu agamaā€[44]. Sejarah Lahirnya Lembaga Pendidikan Formal Berbasis Madrasah di Lingkungan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Hampir sama dengan momen tumbunya jumlah pesantren di Babakan Ciwaringan, pada tahun 1960an lembaga pendidikan berbasis madrasah juga mulai dirintis. Dan para perintisnya tidak lain adalah para kyai sendiri dari pesantren di lingkungan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin itu sendiri. Perintisan Madarasah Al-Hikamus Salafiyah adalah salah satu bukti sejarah, bagaimana antar kyai dalam satu lingkungan bekerjasama. Saifuddin dalam ā€œArah pengembangan pendidikan tinggi di lingkungan Pesantrenā€[45], berhasil memotret peristiwa tersebut. Pada tahun 1966 Muncul suatu gagasan untuk merencanakan pembangunan gedung madrasah. Gagasan ini muncul pertama kali dari pemikiran KH. Syaerozie yang kemudian mendapat dukungan penuh dari seluruh Dewan Asatidz. Dengan penuh perhatian yang khusus, walupun dalam kesehatan yang kurang baik, dan dengan dukungan Kyai Sholihin, Kyai Anwar Fathoni mulai mengadakan musyawarah pembentukan panitia pembangunan gedung madrasah di rumah kediaman KH. Amin Halim. Dari musyawarah ini menghasilkan keputusan bahwa sebagi ketua panitia ditunjuk KH. Amin Halim dan pembantu umum diserahkan kepad KH. Syaerozie, Ust. Yunus dari Watu Belah dan Ust. Ribban dari Gondok. Memasuki tahun 1967 M, pembangunan Madrasah mulai dilaksanakan dan sebagai langkah awal dibuatlah bata sebanyak buah di kebun milik putra-putri Kyai Madamin, menurut kesepakatan lokasi madrasah telah dipersiapkan di blok Gondang Manis yang bersifat ibadah milik KH. Makhtum Hannan, melihat kurang luasnya tanah yang akan dibangun gedunga MHS, maka diperlukan beberapa areal tanah lagi sementara di sebuah rumah sekarang dihuni oleh KH. Makhtum Hannan KH. Amrin Hannan meminta bantuan KH. Syaerozie untuk mencari para dermawan yang dapat membeli tanah ukuran 70 bata milik Bapak Ahid yang beriringan dengan tanah MHS, tidak berapa lama akhirnya KH. Syaerozie mendapatkan tiga dermawan yang hendak membeli tanah tersebut, yaitu Bapak H. Ghozali Dukuhpuntang, Bapak H. Hamid Babadan dn Bapak H. Hamid Dadap. Dengan demikian setelah persiapan dianggap cukup matang, maka tepat pada hari Ahad tahun 1967 M, dimulailah peletakan batu pertama pembanguna Madrasah Al-Hikamus salafiyah MHS. Turut hadir pada kesempatan itu KH. Amin Sepuh, KH. Muhammmad Sanusi, KH. Masduqi Ali dan Kyai Sholihin. Juga beberapa ulama se-Cirebon diantaranya KH. Ridlwan Balerante, KH. Ali Bombang, KH. Umar Kempek dan KH. Syatori Arjawinangun yang turut memberikan do’a. Selang dua tahun kemudian, tahun 1969 M. KH. Syaerozie mengusulkan kepada Kyai Anwar Fathoni agar Madrasah Al-Hikamus Salfiyah MHS diadakan tingkat Aliyah sebagai kelanjutan dari tingkat tsanawiyah. Setelah gagsan tersebut dipertimbangkan, maka pada tahun 1970 M. MHS tingkat aliyah mulai digelar pada bulan Syawal tahun itu juga. Terdorong rasa tanggung jawab akan kemajuan Madrasah Al-Hikamus Salafiyah MHS, pada bulan Dzul Qo’dah tahun 1970 M, Kyai Anwar beserta kyai lainnya berunding dalam sebuah rumah sekarang dihuni KH. Makhtum Hannan untuk membagi tugas dalam mengatur roda kegiatan dari masing-masing tingkatan, hasil dari rembukan itu menetapkan KH. Syaerozie sebagai Kepala tingkat Ibtidaiyah dan Kyai Anwar dipercaya untuk memimpin tingkat Tsanawiyah sementara tingkat Aliyah ditunjul Halim. Tahun 1970, tepatnya tanggal 22 Mei terbit Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 73 tahun 1970. Perihal Penegerian Madrasah Aliyah Alhikamus Salafiyah Pesantren Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri MAAIN Babakan Ciwaringin[46]. Karena berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri, akhirnya segala urusan bersinggungan dengan pusat. Dari mulai mata pelajaran, kurikulum, jumlah jam, dan sebagainya[47]. Tabel I Daftar Mata Pelajaran dalam Kurikulum Madrasah Aliyah 1973 PELAJARAN MAAINDasar1Tafsir, Hadits, Tauhid, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Penjas,Pokok2Fiqih/U. Fiqih, Tarikh Tasyri’, Sejarah Islam, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Sejarah Kebudayaan, Ilmu Pasti, IPA, IPS, Biologi, Kimia, Geografi, Ekonomi/ Koperasi, Hitung Dagang, Tata Buku Khusus3Menggambar/ Seni, Prakarya/PKKEkstra-Kulikuler4Kepramukaan, Koperasi Tabel II Jam Mata Pelajaran Madrasah Sesuai Pelajaran Tingkat MAIIN Sesuai Kurikulum Madrasah 1973[48] Jam MP AgamaJam MP UmumJam MP KejuruanJumlah12 – 1431 – 33648 Sejak perubahan status tersebut, nama lembaga beberapakali berubah sesuai dengan standar nasioal yang diikutinya, mulai dari MAN Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon sampai dengan sekarang bernama MAN 2 Cirebon[49]. Sebagai sebuah lembaga formal MAN 2 CIREBON memiliki visi dan misi; visinya adalah terwujudnya individu yang bermartabat secara intelektual, emosional, dan spiritual. Sedangkan misinya, adalah; 1. Menyelenggarakan pendidikan secara profesional, 2. Mengembangkan potensi akademik dan non akademik, 3. Mewujudkan keteladanan yang berakhlkakul karimah, 4. Mengimplementasikan ajaran Islam dalam civitas madrasah. Selain MHS, Madrasah yang ada dibabakan adalah Madrasah Salafiyah Syaiiyah MSS. Berdasar data dari Khoriyah, tahun 1984 MSS putri menarik diri dari Madrasah Salafiyah Syaiiyah MSS, sayangnya tidak ada keterangan lanjutan di dalamnya. Dari peristiwa itu, akhirnya berdiri Madrasah Salafiyah Syaiiyah Balai Pendidikan Putri MSS yang dipimpin oleh KH. Fuad Amin[50]. Tahun 1987 Pondok Pesantren Jambu, membangun Madrasah Tahsinul Akhlaq Assalafiyah. Madrasah ini terinspirasi dari Madarasah Salafiyah Syafi’iyah MSS dan Madrasah al-Hikam al-Salafiyah MHS, tempat pendiri Pondok Pesantren Jambu KH. Muhammad mengenyam pendidikan formal berbasis madrasah. Masa belajar di Madrasah Tahsinul Akhlaq Assalafiyah cukup unik, yaitu 6 tahuh. 3 tahun pertama mata pelajaran yang diajarkan selain kita kuning juga diintegrasikan dengan program pelajaran paket B, sehingga dapat mengikuti ujian UN tingkat SMP. Sedangkan 3 tahuh berikutnya diintegrasikan dengan program paket C, agar bisa mengikuti UN tingkat SMA[51]. Potret Relasi Pesantren dan Madrasah di Babakan Ciwaringin Gambaran relasi Pondok Pesantren Babakan Cirebon dengan Madrasah sangat harmonis, semuanya dimulai dari tahun 1960-an. Saat lembaga pendidikan formal berbasis madrasah, mulai digagas oleh KH. Syaerozi. Kyai-kyai dari pesantren-pesantren di Babakan Ciwaringin, ikut serta dalam pembangun lembaga pendidikan formal ini. Hampir semua kyai yang telibat intensif dalam pembangunan madrasah, menduduki posisi penting. KH. Syaerozie sebagai Kepala tingkat Ibtidaiyah dan Kyai Anwar dipercaya untuk memimpin tingkat Tsanawiyah sementara tingkat Aliyah ditunjul Halim. Ketika memasuki masa perubahan dari MHS ke Madrasah Negeri 1970-an, relasi kelembagaan yag dibangun antara pesantren dan madrasah masih sangat kuat. A. Syatori dalam Pendidikan Multikultural di Madrasah Potret dari MAN Model Babakan Ciwaringin, menyebutkan posisi pesantren dalam MAN sangat kuat[52]. Hampir seluruh proses melahirkan kebijakan-kebijakan terkait proses belajar mengajar secara moral, mesti mempertimbangkan nilai-nilai yang dalam pedidikan dan keilmuan pondok pesantren. Bahkan relasi yang kuat cenderung dominan ini terjadi pada hal yang sangat krusial, seperti pemilihan kepala sekolah dan penerimaan guru honorer. Masih dari A. Syatori, relasi kelembagan antara pesantren dan madrasah terlihat saat penentuan bahan pelajaran, terutama pelajaran agama yang ada di madrasah. Materi pelajaran agama yang diajarkan di madrasah mesti sesuai dan tidak berseberangan dengan materi keilmuan dari pondok pesantren[53]. Kesimpulan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin memiliki sejarah panjang. Pesantren ini dari hanya satu pesantren Raudlatut Tholibin kemudian tumbuh menjadi banyak pesantren dengan corak dan identitasnya masing. Penelitian singkat ini, memang sengaja tidak meliput semua pesantren. Karena memang faktanya, tidak semua pesantren membentuk relasi dengan madrasah. Atau dari pengamatan peneliti tidak memiliki relasi yang unik. Relasi pesantren dengan MHS yang kemudian menjadi MAN 2 Cirebon di Babakan Ciwaringin, membentuk dinamika relasi yang cukup unik. Secara kelembagaan, Madrasah memang sudah lepas dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Tapi secara moral historis, relasi sangat kuat terbangun. Kedua-dua lembaga sejatinya sama sama untung, MAN mendapat banyak murid yang berasal dari pesantren. Pesantren punya kepentingan, karena para santrinya tidak boleh di bebaskan sebebasnya, termasuk dalam menyerap ilmu pengetahun. F. Daftar Pustaka A Syatori. Pendidikan Multikultural di Madrasah Potret dari MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, Jurnal Yaqdzan, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kencana, 2016 Abdul Hadi, Dinamika Pendidikan Islam Di Kota Cirebon 1900-1945, Cirebon Tesis IAIN Syekh Nurjati, 2014 B Munir. Dinamika Kelompok , Penerapan Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang Universitas Sriwijaya, 2011 Bungaran Antonius dan Soedjito Sosrodiharjo Simanjuntak, Metode Penelitian Sosial, Jakarta Obor, 2009 Dede Ummul Khoriyah, Hubungan kyai dan santri di Desa Babakan Ciwaringin Cirebon kajian antropologis di pondok pesantren Mu’allimat dan pondok pesantren Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon, Surabaya Tesis UIN Sunan Ampel, 2017 Dendy Sugono, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Pusat Bahasa, 2008. Didin Nurul Rosidin, Syekh Nurjati Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon Abad 15, Cirebon Lembaga Penelitian LEMLIT IAIN Syekh Nurjati, 2013 Ilman Nafi’a, dkk. Pondok Pesantren di Wilayah III Cirebon, Yogyakarta Kaubuka, 2014. John M dan Hasan Shadily Echol, Kamus Bahasa Inggris, Jakarta Gramedia, 2010 Jojoh Nur Endah, Metode Dakwah Ustadzah Syathori Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Balai Pendidikan Pondok Putri AL-Istiqomah Babakan Ciwaringin Cirebon Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah Historical Explanation, Yogyakarta Tiara Wacana, 2008 Juwairiyah, Ciri-Ciri Pendidikan Islam Tradisional Potret Kehidupan Pesantren di Pulau Jawa Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 1. Agustus 2003 – Januarai 2004 Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta Logos Wacana Ilmu, 1999 Muhaimin The Islamic Traditions of Cirebon Ibadat and Adat Among Javanese Muslims, Australia ANU E Press, 1995. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Islam Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta INIS, 1994 Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, Yogyakarta, Lkis, 2015. Moh Roqib. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta LkiS, 2009 Peter Salim, The Contemporary English Indonesian Dictionary, Jakarta Modern English Press, 1986 Saifuddin, Arah Pengembangan Pendidikan Tinggi Di Lingkungan Pesantren Studi Terhadap Pengelolaan Ma’had Aly di PP. Babakan Ciwaringin dan PP. Asembagus Situbondo ,Holistik Vol 14 Number 01, 2013/1435 H. Wahid Zaini, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogyakarta Kurnia Alam Semesta, 1995 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia Jakarta LP3ES, 2011,. Zamzami Amin, Babad Kana, Bandung Putaka Aura Semesta, 2014 Sumber Online [1] esai dimuat dalam Prisma Pemikiran Gus Dur Yogyakarta LKiS dan Pesantren dan Pembaharuan Depok, LP3ES 1983. [2] Pendapat ini dikutip oleh Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodiharjo dari Manroe Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Soedjito Sosrodiharjo, Metode Penelitian Sosial, Jakarta Obor, 2009, hal. 6-7. [3] Penelitian tentang PP Babakan Ciwaringin Khoriyah, Dede Ummul 2017 Hubungan kyai dan santri di Desa Babakan Ciwaringin Cirebon kajian antropologis di pondok pesantren Mu’allimat dan pondok pesantren Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. [4] Penelitian tentang PP Buntet Muhaimin The Islamic Traditions of Cirebon Ibadat and Adat Among Javanese Muslims, Australia ANU E Press, 1995. [5] Dosen-dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon, mengumpulkan menerbitkan buku ā€œPondok Pesantren di Wilayah III Cirebon, yang berisi kumpulan penelitian Pondok Pesantren se-Wilayah III Cirebon. Nafi’a, Ilman, dkk. Pondok Pesantren di Wilayah III Cirebon, Yogyakarta Kaubuka, 2014. [6] Dalam pandangan penulis, ragam pendekatan dengan satu subjek penelitian yang sama memperlihatkan pesantren kaya akan dimensi ilmiah. [7] [8] Nama-nama pondok pesantren di lingkungan Babakan Ciwaringin Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Asrama Fatimiyah Ma’hadul Ilmi/AFMI, Asrarur Rafi’ah, Miftahul Muta’allimin, As-Salafi, Al-Badar, Ma’had at-Ta’lim al-Baqiyah as-Salihah/MTBS, Ma’hadul Ilmi, Az-Ziyadah, Pesantren Putri/Bapenpori, Mu’allimin-Mu’allimat, As-Salam, Kebon Jambu, Raudlatul Banat, Al-Muntadhor, Al-Hikmah, As-Sanusi, Dahlia, As-Suhada, Bustanul Qur’an, As-Sa’adah, Ikhwanul Muslimin/PPIM, Al-Ikhlas, As-Shalihah, Al-Huda, At-Taqwa, Al-Munir, Al-Furqan, Masyarikul Anwar, Al-Mustain, Al-Faqih, dan Al-Kautsar Mahmudah, Lc , Babakan Ciwaringin, Desa dengan Puluhan Pesantren, [9] Ibid. [10] Pendekatan sejarah peneliti pilih, karena pendekatan ini yang paling memungkinkan untuk melihat perjalanan relasi antara pesantren dan madrasah. Hal ini bersandar pada pandangan John Galtung dalam Kuntowijoyo; sejarah adalah ilmu diakronis, sebab sejarah meliputi gejala gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas. Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah Historical Explanation, Yogyakarta Tiara Wacana, 2008. hal. 5. [11] Echol, John M dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris, Jakarta Gramedia, 2010, hal. 203. [12] Salim, Peter, The Contemporary English Indonesian Dictionary, Jakarta Modern English Press, 1986, hal. 573. [13] Munir, B. Dinamika Kelompok , Penerapan Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang Universitas Sriwijaya, 2011, hal. 16. [14] Tolcha, Moch, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, Yogyakarta, Lkis, 2015. [15] Sugono, Dendy, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Pusat Bahasa, 2008 hal. 1190. [16] Ibid, hal. 839 [17] Pemaknaan ā€œlembaga pendidikan islamā€ di atas mengikuti gaya pemaknaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. [18] Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta LkiS, 2009, hal. 122. [19] Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kencana, 2016, hal. 78. [20] Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Islam Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta INIS, 1994, hal. 55. [21] Zaini, Wahid, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogyakarta Kurnia Alam Semesta, 1995, hal. 86. [22] Juwairiyah, Ciri-Ciri Pendidikan Islam Tradisional Potret Kehidupan Pesantren di Pulau Jawa Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 1. Agustus 2003 – Januarai 2004 , hal. 141. [23] Rosidin, Didin Nurul, Syekh Nurjati Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon Abad 15, Cirebon Lembaga Penelitian LEMLIT IAIN Syekh Nurjati, 2013, hal. 134. [24] Abdul Hadi, ā€œDinamika Pendidikan Islam di Kota Cirebon 1910-1945ā€. Hadi, Abdul, Dinamika Pendidikan Islam Di Kota Cirebon 1900-1945, Cirebon Tesis IAIN Syekh Nurjati, 2014, hal. 54. [25] Ibid, hal. 56. [26] Ibid, hal. 57-75. [27] Muhaimin, hal 292-294 [28] Amin, Zamzami, Babad Kana, Bandung Putaka Aura Semesta, 2014, hal. 160. Tentang Kyai Jatira Putra dari KH. Abdul Latief pun ada banyak versi, lihat dalam buku Babad Kana halaman 150 sampai dengan 153. [29] Ibid, hal. 146. Ini jelas membutuhkan penelitian lanjutan, karena harus ada pembuktian historis, misalnya apakah sedari awal Kyai Jatira sudah menggagas gerakan anti-kolonial dalam kurikulum pesantrennya? Atau hanya sebagai respon cepat atas situsi penjajahan saat itu. [30] Ibid, hal. 232-233. [31] Ibid. [32] Ali Mursyid dalam [33] Amin, Zamzami, hal. 241. [34] Ibid, hal. 161. [35] Ibid, hal. 162. [36] Dalam pandangan peneliti, ini adalah momen bersejarah, karena menjadi cikal bakal tumbuhnya banyak pondok pesantren di Babakan Ciwaringin hingga sekarang. [37] [38] Khoriyah, Dede Ummul, Hubungan kyai dan santri di Desa Babakan Ciwaringin Cirebon kajian antropologis di pondok pesantren Mu’allimat dan pondok pesantren Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon, Surabaya Tesis UIN Sunan Ampel, 2017, hal. 48. [39] Endah, Jojoh Nur, Metode Dakwah Ustadzah Syathori Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Balai Pendidikan Pondok Putri AL-Istiqomah Babakan Ciwaringin Cirebon Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2008. [40] Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia Jakarta LP3ES, 2011, hal. 87. [41] Mastuhu, Op. Cit., hal. 61. [42] Zamzami, Op. Cit., hal. 235. [43] Nafi’a, Ilman, dkk. Pondok Pesantren di Wilayah III Cirebon, Yogyakarta Kaubuka, 2014, hal. 55. [44] [45] Saifuddin, Arah Pengembangan Pendidikan Tinggi Di Lingkungan Pesantren Studi Terhadap Pengelolaan Ma’had Aly di PP. Babakan Ciwaringin dan PP. Asembagus Situbondo ,Holistik Vol 14 Number 01, 2013/1435 H, hal. 114-116. [46] [47] Data tabel di bawah berdasar data yang dikutip oleh Maksum dalam ā€œMadrasah Sejarah dan Perkembangannyaā€ Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 144-145. [48] Dalam keterangan Maksum, ā€œyang disebut ke dalam MP Agama ialah mata pelajaran yang memiliki kaitan langsung dengan agama, seperti yang umumnya ada dalam madrasah klasik. Sedangkan MP Kejuruan meliputi mata pelajaran dalam Kelompok Khusus dan Ektra Kulikuler, Selebihnya dikategrikan sebagain mata pelajaran umumā€ Ibid, hal. 145. [49] Ibid. [50] Khoriyah, Dede Ummul, Hubungan kyai dan santri di Desa Babakan Ciwaringin Cirebon kajian antropologis di pondok pesantren Mu’allimat dan pondok pesantren Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon, Surabaya Tesis UIN Sunan Ampel, 2017, hal. 45. [51] Nafi’a, Ilman, dkk. Pondok Pesantren di Wilayah III Cirebon, Yogyakarta Kaubuka, 2014, hal. 60. [52] Syatori, A. Pendidikan Multikultural di Madrasah Potret dari MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, Jurnal Yaqdzan, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016, hal. 75. [53] Ibid, hal. 75.
PondokPesantren Babakan Ciwaringin Cirebon awalnya hanya satu yakni Pondok Gede Raudlatut Tholibin terletak di Desa Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon

Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon awalnya hanya satu yakni Pondok Gede Raudlatut Tholibin terletak di Desa Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Pondok ini merupakan pondok pesantren tertua. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H. / 1705 M. oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddin putra KH. Abdul Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon. KH. Hasanuddin adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. Desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda. Maka dirintislah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan. Stagnasi kepemimpinan dalam pesantren terjadi ketika Kyai Jatira meninggal dunia, langkah kaderisasi di Pesantren Babakan mengakibatkan terputusnya kegiatan pesantren sampai sarana fisikpun tidak berbekas. Sampai kemudian KH. Nawawi menantu dari Kyai Jatira mambangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang letaknya satu kilometer kearah selatan dari tempat semula. Dalam mengasuh pesantren beliau dibantu oleh KH. Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh KH. Ismail putra KH. Adzro’i tahun 1225 H/1800 tahun 1916 M pesantren diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH. Arsyad, yang masih merupakan AHLUL BAIT, dari garis keturunan Sunan Gunung Djati baca silsilah KH Amin Sepuh, disusun oleh KH. Mudzakkir, 2007. KH. Amien Sepuh tahun 1893 pernah mesantren di KH. Cholil Bangkalan, bersama waktu itu ustadznya KH. Hasyim Asy’ari kakek Gus Durbaca Kisah-Kisah Hikmah KH. Abdurrahman Arroisy. Pada masa pengasuhan KH. Amin Sepuh, Pondok Gede Babakan mencapai masa keemasan dan banyak andil dalam mencetak tokoh-tokoh agama yang handal, hampir semua Kiyai sepuh di wil 3 Cirebon bahkan menyebar ke pelosok Indonesia adalah muridnya, sebut saja Kang Ayip Muh kota Cirebon, KH. Syakur Yassin, KH. Abdullah Abbas Buntet, KH Syukron Makmun, KH. Hannan, KH Sanusi, KH. Machsuni Kwitang, dll. KH. Amien Sepuh menekuni Pesantren Babakan sebagai tempat pengabdiannya terhadap masyarakat Islam khususnya. Setelah 25 tahun mengembangkan Pesantren Babakan, tahun 1940-an, yaitu pasca kemerdekaan, Beliau sekaligus berjuang bagi kemerdekaan RI. Bahkan dalam perang 10 November Surabaya, para kiyai khos termasuk KH Hasyim Asy’ari menunggu kabar dari KH Amin sepuh sebelum mengeluarkan Fatwa Jihad. KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai Cirebon wil 3 Cirebon dan Jawa Barat plus Ustadz, santri dan masyarakat benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur. Bahkan kabarnya yang menembak Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda NICA, adalah anak buah KH. Amin Sepuh yang bernama Kiyai Sholeh.. yang wafat disana. Pasca Revolusi Kemerdekaan beliau dibantu adik iparnya sekaligus muridnya KH. Sanusi terus mengembangkan Pesantren dengan berbagai aral melintang. Bahkan yang dahsyat adalah ketika Agresi Belanda II, tepatnya tahun 1952 Pondok Pesantren diserang Belanda. Dikarenakan KH. Amin sepuh sebagai sesepuh cirebon merupakan pejuang yang menentang penjajah. Pondok dibakar dan dikepung. Para santri pergi dan para Pengasuh beserta keluarga mengungsi. Dua tahun kemudian, tahun 1954, Kiyai sanusi yang masih salah satu murid KH. Amin Sepuh adalah orang yang pertama kali datang dari pengungsiannya. Sisa-sisa kitab suci berantakan, termasuk karya-karya KH. Amin Sepuh, habis dibakar, bangunan hancur dan nampak angker. Semua itu secara bertahap dibereskan lagi. Tahun 1955 KH. Amin Sepuh kembali ke Babakan, kemudian para santri banyak berdatangan dari berbagai pelosok. KH. Amin sepuh yang menjadi pengasuh Pondok Gede kembali memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada para santrinya yang makin lama makin meluap. Pondok Raudhotut Tolhibin tidak dapat menampung para santri. Hingga santrinya dititipkan dirumah-rumah ustadnya seperti KH. Hanan, dirumah KH. Sanusi, dsb. hingga kelak anak cucunya membentuk dan mengembangkan pesantren-pesantren seperti sekarang ini. Sehingga Pondok yang awalnya hanya satu Ponpes Raudlotut Tholibin sekarang menjadi banyak. Alhamdulillah, tahun 2012 terdapat sekitar 40 Pondok di lingkungan Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. KH. Amien Sepuh wafat pada tahun pada tahun 1972 dan KH. Sanusi wafat pada tahun M, dan kepengurusan dilanjutkan oleh KH. Fathoni Amin sampai tahun 1986 M. Setelah wafatnya KH. Fathoni Amin kepengurusan pesantren dilanjutkan oleh KH. Bisri Amin wafat tahun 2000 M. beserta KH. Fuad Amin wafat tahun 1997 M. dan KH. Abdullah Amin wafat tahun 1999 M. serta KH. Amrin Hanan wafat tahun 2004 M. dan KH. Azhari Amin wafat tahun 2008 KH. Drs. Zuhri Afif Amin wafat pada tahun 2010. setelah wafatnya KH. Drs Zuhri Afif Amin, kepengurusan dilanjukan oleh cucu-cucu KH. Amin Sepuh dan Ulama serta masyarakat yang berkompeten untuk kemajuan pesantren. Bahkan bukan pendidikan agama saja yang mereka terapkan, pendidikan umumpun mereka terapkan terhadap para santrinya. Dengan harapan, para santrinya dapat memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban dunia maupun akhirat, serta menyelaraskannya beriringan dan seimbang. Data Pesantren Babakan Pon Pes Assalafie & Assalafiyat Pengasuh KH. Azka Hammam Pon Pes Aziyadah Pengasuh KH. Asmawi Pon Pes Asyuhada Pengasuh KH. Azizi Pon Pes Asanusi Pengasuh KH. Munir Pon Pes Al Amanah Pengasuh Pon Pes AFMI Pengasuh Pon Pes Assa’adah Pengasuh KH. Abdurrohman Pon Pes AL Azhar Pengasuh KH. Pon Pes Ataqwa Pengasuh KH. Pon Pes Assholihin Pengasuh KH. Abdurrahim Pon Pes alfain el rahmah Pengasuh KH. zainudin sofwan Pon Pes As Sholihah Pengasuh KH. Dian Nafie Pon Pes Asrur Rafi’ah Pengasuh KH. Pon Pes Al Badar Pengasuh KH. Deni Pon Pes Bapanpori Pengasuh KH. Amin Fuad Pon Pes Baqiyatus sholihat MTBS Pengasuh Ust. Ahmad Kayani Pon Pes Darul Al Furqon Pengasuh KH. Amin Fuad Pon Pes Daar Al Zahra Pengasuh KH. Abu Bakar Pon Pes Dahlia Al Islami Pengasuh Hj. Uswatun Hasanah Pon Pes Darul Hayat Pengasuh KH. Pon Pes Darul Hikmah Pengasuh KH. Pon Pes Al Ghifari Pengasuh Kang. Izzudin Pon Pes Al Huda Pengasuh H. Rumli Kamali Pon Pes HUQ Hadiqoh Usaqil Qur’an Pengasuh KH. Nurhadi Toyib Pon Pes Hibbah Ilahi Pengasuh KH. Toha Pon Pes Ikhwanul Muslimin Pengasuh KH. Pon Pes Al Irsyad Pengasuh KH. Pon Pes Al Ikhlas Pengasuh KH. Mamam Pon Pes Al Jadid Kebon Melati Pengasuh KH. Syafi’i Astmari Pon Pes Kebon Jambu Al Islami Pengasuh Hj. Masriyah Amfa Pon Pes Al Kamaliyah & MQHS Pengasuh KH. Tamam Kamali Pon Pes Al Kautsar Pengasuh Hj. Hamidah Pon Pes Miftahul Ilmi Pengasuh KH. Pon Pes Al Muntador Pengasuh KH. Burhanuddin Pon Pes Miftahul Muta’alimin PPMM Putra Putri Pengasuh Kang. Hisyam Yahya Pon Pes Masyariqul Anwar PPMA Putra Putri Pengasuh KH. Rohmat Jauhari Pon Pes Mu’alimin Mu’alimat Pengasuh KH. Zamzami Amin Pon Pes Ma’hadul Ilmi Pengasuh KH. Hamzah Haririe Pon Pes Madinatur Ar Rasul Pengasuh H. Husen Pon Pes Nurul Huda Pengasuh Amin Pon Pes Raudlatut Tholibin Pengasuh KH. Zaeni Dahlan Pon Pes Raudlatul Banat Pengasuh H. Olib Yahya *sumber

PondokPesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H/ 1705 M. oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddinputra KH. Nawawi menantu dari Kyai Jatira membangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang letaknya satu kilometer kearah selatan dari tempat semula. Dalam mengasuh pesantren beliau dibantu oleh KH
PesantrenBabakan Ciwaringin Cirebon merupakan salah satu pesantren yang ada di Kota Cirebon. Adapun belajar mengajar di pesantren ini menggunakan kurikulum yang berlaku di tambah dengan ilmu agama. Ada juga kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah untuk santri seperti karate, basket, futsal, grup belajar dan lainnya.
KertasMAS 2013/1434 - MHS Babakan Ciwaringin Cirebon 0.06 Miles Away; Mts N Babakan Ciwaringin 0.06 Miles Away; MAN 2 Babakan Ciwaringin Cirebon JL. Desa Babakan, Ciwaringin 0.07 Miles Away; Pondok Pesantren Assanusiyah Babakan Ciwaringin Cirebon Babakan Ciwaringin 0.09 Miles Away @Kota Cirebon Kota Santri & Waliyul Allah 0.11 Miles Away
goYR.
  • hocizuy420.pages.dev/895
  • hocizuy420.pages.dev/26
  • hocizuy420.pages.dev/570
  • hocizuy420.pages.dev/730
  • hocizuy420.pages.dev/637
  • hocizuy420.pages.dev/429
  • hocizuy420.pages.dev/806
  • hocizuy420.pages.dev/883
  • hocizuy420.pages.dev/818
  • hocizuy420.pages.dev/2
  • hocizuy420.pages.dev/852
  • hocizuy420.pages.dev/803
  • hocizuy420.pages.dev/741
  • hocizuy420.pages.dev/563
  • hocizuy420.pages.dev/518
  • biaya masuk pondok pesantren babakan ciwaringin cirebon