Taubatmerupakan kunci dari segala ibadah dan menjadi pondasi dari semua kebaikan. Diwajibkannya taubat itu sebab taubat adalah pembuka semua bentuk ketaatan dan dasar atau pondasi dari semua amal kebaikan. renungan Mei 17, 2023Mei 16, 2023 2 Minutes oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Badr hafizhahullah Anas bin Malik berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ “Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan, Namun ada juga yang menjadi kunci kejelekan dan penutup pintu kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kejelekan melalui kedua tangannya”. HR Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah Dan barangsiapa yang ingin dirinya menjadi seseorang yang kunci pembuka pintu kebaikan serta menjadi penutup pintu keburukan, maka hendaknya ia melakukan hal-hal berikut Mengikhlaskan segala perbuatan dan perkataan hanya untuk beribadah kepada Allah. Karena hal tersebut adalah sumber kebaikan dan sumber kemuliaan seseorang. Berdoa kepada Allah agar diberi taufik menjadi seseorang yang membuka pintu kebaikan. Karena sesungguhnya doa adalah kunci segala kebaikan, dan Allah tidak akan menolak doa seorang hamba yang beriman yang memohon kepadanya. Bersemangat dalam menuntut ilmu dan memperdalamnya. Karena sesungguhnya ilmu mendorong seseorang kepada kebaikan dan kemuliaan, serta menghalangi dari perbuatan jelek dan kerusakan. Senantiasa beribadah kepada Allah, terlebih-lebih dalam hal-hal yang wajib. Dan lebih khusus dalam masalah shalat, karena shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Bersikap dengan akhlak yang mulia dan lemah lembut, serta jauh dari akhlak yang buruk dan tidak beradab. Berteman dengan orang-orang yang baik dan berkumpul dengan orang-orang shalih. Karena sesungguhnya dengan berkumpul bersama mereka, para malaikat akan menyelimutinya dan rahmat Allah akan mengelilinginya. Serta jauhilah perkumpulan orang-orang yang buruk dan jelek, karena mereka adalah pengikut para setan. Menasehati orang lain, baik yang dikenal atau tidak dikenal, agar menyibukkan mereka dengan kebaikan dan menjauhkannya dari kejelekan. Selalu mengingat akan hari akhir, dimana seorang hamba akan berdiri dihadapan Allah Ta’ala. Maka seseorang yang senantiasa berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan orang yang jelek dibalas dengan kejelekan pula, sebagaimana firman Allah Ta’ala,فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ“Barangsiapa yang mengerjakan amal perbuatan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya ia akan mendapatkan balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal kejelekann sekecil dzarrah, pasti ia akan mendapatkan balasannya”. QS. Al-Zalzalah 7-8 Dan yang tidak kalah penting adalah seorang hamba senantiasa berharap agar mendapatkan kebaikan, serta berusaha memberi manfaat kepada yang lainnya. Sehingga apabila ia sungguh-sungguh berniat dan berharap akan mendapatkan kebaikan serta memohon kepada Allah akannya, maka dengan izin Allah, ia akan menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan. Dan Allah Maha Kuasa atas hamba-hambanya untuk diberikan taufik dan dibukakan padanya pintu kebaikan bagi yang dikehendaki-Nya. Dan Allah-lah sebaik-baik dzat yang membuka pintu kebaikan. Sumber — Penerjemah Rian PermanaSumber Telah Terbit Mei 17, 2023Mei 16, 2023 Navigasi pos
Doaadalah kunci segala kebaikan dan ketenteraman jiwa. Doa adalah kekuatan dan energi spiritual hamba kepada Allah. Dengan doa, seorang Muslim mengembalikan segala persoalan kepada Allah SWT. Kunci semua itu adalah aktualisasi iman, ilmu, amal, dan takwa sebagai modal spiritual dan kendaraan keberkahan hidup. Jika keduanya diaktualisasikan
Connection timed out Error code 522 2023-06-15 134244 UTC Host Error What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7b3c27d8200b53 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Ilmuadalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.
Kebahagiaan menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang. Orang-orang bukan hanya berlomba-lomba untuk mengejar kesuksesan karier, namun juga kebahagiaan dalam kehidupan mereka. Era digital membantu kita untuk memiliki banyak teman di media sosial, tapi kenapa ya kok kita masih sering merasa galau atau sedih? Apakah ada yang salah dari kehidupan kita? Saya terus mencari-cari jawaban dari pertanyaan ini dalam hidup saya, “mengapa saya masih merasa tidak puas?” dan “mengapa saya masih merasa tidak bahagia?” Akhirnya, saya mencoba menelaah lebih dalam pada kehidupan yang saya jalani sekarang dan menemukan jawabannya. Saat kita berbisnis dan menjadi seorang pemimpin, kita sering merasa tidak bahagia dengan pekerjaan kita atau pekerjaan yang karyawan kita berikan, ternyata ini bukan tentang keterlibatan karyawan yang telah berikan kepada kita besar atau kecil, namun sudah sejauh mana keterlibatan kita sebagai manusia kepada manusia lainnya? Begitu juga jika kita adalah seorang karyawan, ini bukan tentang bos atau pemimpin kita yang hanya memberikan sedikit perhatian kepada kita, namun bagaimana kita sebagai karyawan selalu berusaha memberikan lebih kepada perusahaan dan orang-orang di sekitar kita. Apakah kita rela menolong rekan kerja kita yang sedang kesulitan? Apakah kita bisa memberikan senyuman kepada bos kita yang sedang stres menghadapi masalah kantor? Apakah kita sudah menyapa dengan ucapan “selamat pagi, pak” kepada satpam di depan kantor? Dan, bagaimana dengan mengucapkan “terima kasih” kepada para pembersih seperti office boy yang selalu siap sedia membersihkan toilet, membelikan makan siang kita, dan lain sebagainya. Semua perilaku tersebut adalah kebaikan yang sangat murni dan tulus, yang mana kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain dapat menjadi kunci kebahagiaan dalam kehidupan pribadi dan karier kita. Apabila rekan-rekan Career Advice masih bertanya-tanya di dalam diri sendiri, “apakah benar kebaikan dapat menjadi kunci kesuksesan dalam kehidupan dan karier?” berikut ini adalah 5 alasan mengapa kita perlu melakukan kebaikan kepada semua orang demi mendapatkan kebahagiaan hidup dan kesuksesan karier. 1. Berbuat Baik dapat Menyuntikkan Kegembiraan Sepanjang Hari. Pernah ga sih rekan-rekan Career Advice merasakan, saat melakukan satu kebajikan di pagi hari, Anda merasa sangat termotivasi dan bergairah sepanjang harinya. Perasaan ini seakan-akan membuat kita semakin percaya diri bahwa kita bisa melakukan banyak hal untuk orang lain, dan hidup kita terasa lebih bermakna ketika kita bisa membuat orang lain tersenyum dan bahagia atas apa yang kita lakukan kepada mereka. Misalnya, pagi hari tadi rekan pembaca membeli gorengan dua bungkus, satu bungkus untuk Anda dan satu bungkusnya lagi diberikan untuk dua satpam yang berjaga di depan kantor, tidak ada niat buruk, namun hanya ingin berbagi makanan dengan mereka. Bagaimana reaksi mereka? Kedua satpam merasa sangat bahagia dan bersyukur atas kebaikan Anda. Nah, ini akan membuat rekan pembaca semakin bersemangat untuk bekerja dan memberikan kebaikan kepada orang lain. Bukan hanya merasa bahagia, namun peluang karier akan terbuka lebar untuk orang-orang baik seperti rekan pembaca ini. 2. Berbuat Baik dapat Menciptakan Hubungan yang Lebih Memuaskan. Kebaikan yang kita lakukan bukan hanya akan menggoreskan senyuman di wajah orang-orang, namun nama kita juga akan terngiang-ngiang di telinga mereka. Saat mereka mendengar nama kita dari orang lain, respon yang diberikan akan sangat positif. “Oh, si A ya? Wah dia sih orangnya baik banget, rajin kerja, terus suka membantu orang”. Opini baik yang disebarkan oleh orang lain terhadap kita akan membuat label khusus’ yang masuk ke dalam alam bawah sadar kita bahwa kita memang benar-benar orang yang baik. Sehingga, kebiasaan untuk berbuat baik telah terlatih ke dalam kebiasaan kita. Bukan hanya itu, peluang karier juga akan semakin terbuka lebar. Bos mana sih yang tidak mau memiliki karyawan baik seperti rekan pembaca? Sudah baik, rajin bekerja lagi! Selain itu, mereka yang suka berperilaku baik adalah orang-orang yang bisa menyebarkan aura positif di dalam lingkungan kerja, dan tentunya setiap pemimpin sangat memerlukan orang-orang yang seperti ini. 3. Berbuat Baik dapat Membuat Kita Lebih Banyak Melihat Keindahan dan Kebaikan Dunia. Dunia ini sudah sangat menakutkan dengan segala kekejaman dan kejahatan yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk mengubah kesan dunia yang penuh kejahatan’ menjadi kesan bahwa dunia ini indah dan ada banyak kebaikan di dalamnya. Tentunya, itu semua perlu dimulai dari diri kita sendiri. Dengan segala kebajikan yang kita perbuat, kita dapat menunjukkan kepada orang-orang di sekitar kita bahwa saling membantu untuk kebaikan itu bagus, saling percaya, dan saling menyayangi akan membentuk suasana kerja dan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Bonusnya, rekan pembaca bisa dipilih menjadi seorang pemimpin yang baik loh, karena dianggap telah berhasil menyatukan banyak orang dalam kedamaian. 4. Berbuat Baik dapat Melancarkan Bisnis. Hmm, bagaimana bisa hanya dengan berbuat baik, bisnis kita akan menjadi semakin lancar? Tentu saja bisa dong! Berbuat baik dapat menjadi strategi baru dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Kebaikan bukanlah sebuah kelemahan seperti yang dipikirkan banyak orang. Kebaikan membutuhkan integritas dan keberanian. Sebagai contoh, kita mencoba untuk bersikap lebih baik kepada karyawan, bos atau klien setiap harinya. Ini menandakan bahwa kita berbuat baik kepada mereka bukan ketika ada maunya saja’, namun karena kita adalah orang yang benar-benar tulus dalam melakukannya. Tindakan kebaikan juga dapat membantu kita untuk menangani percakapan bisnis yang begitu sulit dengan klien, sehingga kita menanganinya dengan baik dan penuh dengan keharmonisan. Pada akhirnya setiap hari saya selalu bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana saya bisa bersikap baik dalam situasi ini, namun tetap mengatakan dan melakukan kebenaran?” 5. Berbuat Baik dapat Membuat Kita Selalu Bersyukur. Alasan terakhir, berbuat kebajikan dapat melatih kita menjadi individu yang selalu bersyukur kepada Tuhan. Kita tidak menjadi pribadi yang selalu mengeluh atau iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain, namun selalu bersyukur dan memaksimalkan segala kemampuan yang kita miliki. Bersyukur juga merupakan salah satu kriteria yang dimiliki oleh banyak orang sukses, karena mereka tidak pernah mencoba untuk membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain. Jadi, dengan berbuat baik, kita akan merasa bersyukur dan puas terhadap apa yang kita punya dan tidak peduli dengan apa yang orang lain miliki, namun fokus untuk meraih kesuksesan kita sendiri. Nah, apabila 5 alasan di atas masih belum bisa meyakinkan para pembaca Career Advice bahwa kebaikan adalah kunci kebahagiaan dalam hidup dan bisnis, bagaimana kalau rekan-rekan pembaca praktikkan dari sekarang dan kita lihat hasilnya bersama-sama. Semangat terus untuk berbuat kebaikan ya, rekan-rekan Career Advice.
Salahsatu kunci kesuksesan adalah berani mengambil risiko, jika salah satu pilihan Anda adalah menjalankan usaha sendiri maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai kunci kesuksesan dalam berwirausaha. Anda harus bisa menghadapi segala macam kondisi yang terjadi seperti bisnis yang tengah sepi, belum menemui keuntungan signifikan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kewajiban Menuntut IlmuRasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim" HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913 Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan. Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam Ahmad mengatakan, "Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu." Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih memiliki banyak keutamaan, diantaranyaIlmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya HR Bukhori dan MuslimMenjadi saksi terhadap kebenaran. QS. Ali Imran 18 Allah mengangkat derajat orang yang berilmu..QS. Mujadilah 11Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT QS. Fathir 25.Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar QS. Al-Baqarah 269 1 2 3 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Kuncisegala kebaikan adalah dengan mengikut sunnah nabi Muhammad saw. Ikutilah sunnah baginda dan sentiasa merasa cukup dengan segala kurniaan Allah,bersikap zuhud terhadap milik orang lain,tidak rakus pada dunia serta meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak berguna.Sesiapa yang Allah bukakan pintu hatinya untuk mengikuti sunnah nabi saw,itu adalah petanda ia dicintai Allah.
Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama Allah Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.”Jika kita ingin menyandang kehormatan luhur, kemuliaan yang tak terkikis oleh perjalanan malam dan siang, tak lekang oleh pergantian masa dan tahun, kewibawaan tanpa kekuasaan, kekayaan tanpa harta, kedigdayaan tanpa senjata, kebangsawanan tanpa keluarga besar, para pendukung tanpa upah, pasukan tanpa gaji, maka KITA MESTI BERILMU. -Kajian Kitab Tanqihul SoulBab Keutamaan IlmuOleh DetySantri Asal Banten
MenahanMarah Adalah Kunci Segala Kebaikan. Dalam sebuah hadits shahih dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta nasehat beliau. Orang itu berkata, "Berilah wasiat (nasehat) kepadaku.".

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengannya pula syari'at -Nya adalah cahaya untuk melihat hakikat segala urusan. Hakikat melihat bukan dengan mata tetapi dengan hati. Inilah penglihatan yang tajam dan sangat bermanfaat."Dan orang-orang yang diberi ilmu melihat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki manusia kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." QS. Saba 34 Dari Abu Darda radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda "Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan perjalankan mudahkan ia jalan menuju Surga. Sungguh para malaikat mengepakkan sayap-sayap mereka karena ridha dengan penuntut ilmu. Sungguh orang alim benar-benar dimintakan ampun oleh makhluk di langit dan di bumi hingga ikan di ahli ilmu dibanding ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas seluruh bintang. Para ahli ilmu adalah perawis para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham tetapi mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya berarti telah mengambil keuntungan yang besar." HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu MajahImam Ahmad mengatakan, "Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu." Dalam hadits yang lain dikabarkan,"Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus semua amalnya tidak bisa lagi beramal kecuali 3 orang, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan orang, atau anak shalih yang mendoakan yang mendoakannya." HR. Muslim Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan secara rinci ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan tidak bermanfaat."Ilmu yang bermanfaat adalah menambah rasa takutmu kepada Allah, menambah kebijaksanaanmu dengan aib-aib dirimu, menambah rasa makrifat dengan beribadah kepada Tuhanmu, serta meminimalisasi kecintaanmu terhadap dunia, dan menambah kecintaanmu kepada akhirat, membuka pandanganmu atas perbuatan jelekmu, hingga kaudapat menjaga diri dari hal itu, serta membebaskanmu dari tipu daya setan." 1 2 3 4 Video Pilihan

Dandi antara manusia ada yang menjadi kunci-kunci keburukan dan penutup kebaikan. Kebahagiaan bagi manusia yang kunci-kunci kebaikan dijadikan Allah pada kedua tangannya, dan celaka bagi manusia yang kunci-kunci keburukan dijadikan Allah pada kedua tangannya". (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis di atas, Rasulullah telah membagi "miftah" atau kunci menjadi dua, yaitu kunci kebaikan dan kunci keburukan.
Disusun oleh Tim Redaksi Nikah MUKADIMAH Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat dan karunia-Nya segala amalan shalih bisa terwujud dengan sempurna. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan semua orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Dalam beribadah kepada Allah, seorang muslim tentu sangat mengharapkan kebaikan dari Allah. Ketika dia bersyukur, bersabar ataupun ketika bertaubat dari kesalahan, pasti kebaikanlah yang dituju. Inilah sesungguhnya niat ikhlas yang ada pada diri seorang muslim ketika melakukan suatu amalan. Dia hanya mengharapkan kebaikan dari Allah SWT, tidak dari selain-Nya. Akan tetapi, niat ikhlas semata tidaklah cukup untuk memenuhi syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Selain ikhlas, tentu harus ada kesesuaian amal yang dilakukan dengan tuntunan syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Inilah dua hal yang dikenal sebagai dua syarat diterimanya amal ibadah di sisi Allah SWT. Dua syarat ini bukanlah syarat yang dibuat-buat oleh manusia. Akan tetapi lebih dari itu, dua syarat ini sesungguhnya didapatkan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya SAW dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Di antara petunjuk wahyu akan syarat pertama, yaitu keikhlasan dalam beramal, adalah firman Allah SWT, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” al-Bayyinah 5 Dan firman-Nya “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [al-An’aam 88] Dan petunjuk akan syarat kedua, yaitu kesesuaian amal dengan tuntunan Rasulullah SAW, adalah sabda beliau, “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada tuntutannya dari kami, maka tertolak.” [Muttafaq alaih] Pantas saja, jika Abdulullah bin Mas’ud pernah mengatakan, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun dia tidak mendapatkannya.” Dari sini saja kita bisa melihat, bahwa untuk memperoleh kebaikan yang kita inginkan tentu kita harus memiliki kuncinya. Dengan kunci tersebut, kita bisa membuka berbagai pintu-pintu kebaikan. Dan tanpa kunci itu, kebaikan tidak akan bisa diperoleh. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk mengetahui kunci-kunci kebaikan yang begitu banyak. KUNCI-KUNCI KEBAIKAN Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, “Allah telah menjadikan kunci sebagai pembuka bagi setiap perkara yang dituntut. Dia menjadikan kunci shalat adalah besuci, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Kunci shalat adalah bersuci.”1 Dan kunci haji adalah ihram. Kunci kebajikan adalah kejujuran. Kunci surga adalah tauhid. Kunci ilmu adalah sikap yang baik dalam bertanya dan mendengar. Kunci pertolongan dan kemenangan adalah kesabaran. Kunci bertambahnya nikmat adalah syukur. Kunci kewalian adalah kecintaan dan dzikir. Kunci keberuntungan adalah takwa. Kunci taufiq adalah raghbah rasa harap yang disertai dengan amalan dan rahbah rasa takut yang disertai dengan amalan. Kunci ijabah sambutan Allah adalah doa. Kunci cinta akhirat adalah zuhud terhaap dunia. Kunci iman adalah memikirkan perkara yang Allah serukan untukdifikirkan oleh hamba-hambaNya. Kunci untuk menjumpai Allah adalah ketundukan hati dan keselamatan hati untuk-Nya, ikhlas kepada-Nya dalam cinta, benci, berbuat dan meninggalkan sesuatu. Kunci hidupnya hati adalah tadabbur memperhatikan dan merenungi al-Qur’an, merendahkan diri waktu sahar waktu malam sebelum fajar dan meninggalkan dosa. Kunci mendapatkan rahmat adalah berbuat ihsan dalam beribadah kepada al-Khaliq Sang Pencipta dan berusaha memberi manfaat kepada hamba-hambaNya. Kunci rezeki adalah usaha yang disertai dengan istighfar permohonan ampun kepada Allah dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kunci persiapan diri untuk akhirat adalah memperpendek angan-angan. Dan kunci segala kebaikan adalah kecintaan kepada Allah dan negri akhirat. Sedangkan kunci segala keburukan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan. Ini adalah permasalahan agung yang merupakan permasalahan ilmu paling bermanfaat. Yaitu mengetahui kunci-kunci kebaikan dan keburukan. Tidak ada yang mendapatkan taufik untuk mengetahui dan memperhatikannya kecuali orang yang memiliki bagian dan taufik yang besar.”2 Apa yang beliau sebutkan di atas, tidaklah mencakup seluruh kunci-kunci kebaikan. Karena kita tahu bahwa kebaikan itu sendiri tidak terbatas pada apa yang beliau sebutkan. Meski demikian, perkataan itu cukup untuk memberikan gambaran kepada kita bahwa setiap kebaikan pasti ada kunci-kuncinya. Dan beliau juga menyebutkan perkara-perkara agung yang sangat dibutuhkan seorang muslim yang beriman. Di sana masih ada kunci-kunci kebaikan yang disebutkan pada ulama yang lain. Di antaranya3, Aun bin Abdillah berkata, “Perhatian seorang hamba terhadap dosanya akan mendorongnya untuk meninggalkan dosa itu. Dan penyesalannya atas dosa itu adalah kunci untuk bertaubat. Seorang hamba senantiasa memperhatikan dosa yang dilakukannya sehingga hal itu menjadi lebih bermanfaat baginya dari pada sebagian kebaikan-kebaikannya.”4 Sufyan bin Uyainah berkata, “Tafakkur berfikir adalah kunci rahmat. Tidakkah kamu lihat seseorang berfikir lalu bertaubat.”5 Al-Hasan berkata, “Kunci lautan adalah perahu-perahu. Kunci bumi adalah jalan-jalan. Sedangkan kunci langit adalah doa.”6 Sahl bin Abdillah berkata, “Meninggalkan hawa nafsu adalah kunci surga, berdasarkan firman Allah ta’ala, Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya7.”8 Sufyan berkata, “Dahulu dikatan, diam yang lama adalah kunci ibadah.”9 Syaikhul Islam berkata, “Maka kejujuran adalah kunci segala kebaikan, sebagaimana dusta adalah kunci segala keburukan.”10 Beliau juga berkata, “Doa adalah kunci segala kebaikan.”11 Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah, kita akan perinci sebagian dari kunci-kunci kebaikan tersebut, dengan harapan bisa memberi manfaat bagi kita semua. 1 Riwayat Abu Daud no. 61 dan at-Tirmidzi no. 3. Dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 5885 2 Al-Jawabul Kafi hlm. 100 3 Nukilan-nukilan berikut diambil dari risalah Syekh Abdurrazaq al-Badr yang berjudul Mafatihul Khair. 4 Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 4/251 5 Diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh dalam al-Azhomah no. 39 6 Disebutkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya 14/53 7 Surat an-Naziat ayat 40-41. 8 Disebutkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya 19/135 9 Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam ash-Shomt no. 136 10 Al-Istiqomah 1/467 11 Lihat Majmu’ al-Fatawa 10/661 TAUHID KUNCI SURGA Kebaikan terpuncak bagi seseorang yang mengimani adanya kampung akhirat adalah menjadi penghuni negri keselamatan, kenikmatan dan kebahagiaan abadi. Dan negri inilah yang menjadi tujuan bagi berbagai pemeluk agama yang ada. Tidak hanya kaum muslimin yang menginginkan hidup di dalam surga, bahkan orang-orang Yahudi ataupun Nasrani mengklaim bahwa surga hanya layak ditempati oleh golongan mereka saja. Allah berfirman, “Dan mereka Yahudi dan Nasrani berkata, Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atau Nasrani.” Akan tetapi, Allah langsung membantah mereka dengan firman-Nya dalam ayat yang sama, “Demikian itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.” [al-Baqarah 111] Iya, dakwaan mereka langsung Allah bantah dan dinyatakan sebagai angan-angan yang kosong. Karena memang surga yang mereka klaim itu sesungguhnya memiliki kunci yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang hanya sekedar mengaku-aku tanpa bukti kepemilikan. Maka Allah pun memerintahkan agar mereka menunjukkan bukti bahwa mereka adalah benar-benar layak masuk surga. Lalu pada aya berikutnya, Allah menjelaskan apa yang bisa menjadi bukti bahwa seseorang layak masuk surga. Allah berfirman, “Tidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat ihsan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” [al-Baqarah 112] Syekh as-Sa’di menjelaskan ayat ini dengan berkata, “Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, maksudnya, barangsiapa mengikhlaskan memurnikan amalannya hanya untuk Allah, dengan mengarahkan hatinya hanya kepada-Nya. Sedang ia bersamaan dengan keikhlasannya itu, berbuat ihsan dalam beribadah kepada Rabbnya, yaitu dengan beribadah sesuai dengan syariat-Nya. Maka hanya mereka itulah orang-orang yang berhak menjadi penghuni surga.”12 Sesungguhnya apa yang Allah sebutkan dalam ayat tersebut sebagai bukti seseorang akan masuk surga, tidak lain dan tidak bukan adalah implementasi dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah. Kemudian, telah disebutkan dalam Shaih Muslim, dari hadits Umar bin al-Khatthab, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang pun dari kalian yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian dia mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallah wa anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu’ melainkan dibuka baginya pintu-pintu surga yang berjumlah delapan. Dia akan masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki.”3 Syekh Abdurrazaq al-Badr – hafizhahullah – menegaskan, “Ini adalah dalil yang shahih lagi tegas menunjukkan bahwa pintu-pintu surga yang berjumlah delapan akan dibuka dengan tauhid, dibuka dengan syahadat laa ilaaha illallah. Adapun orang yang tidak melaksanakan tauhid, maka keadaan mereka sebagaimana yang Allah firmankan,” “Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” [al-A’raf 40]14 Maka jelaslah bahwa kunci surga adalah tauhid, yaitu pelaksanaan kalimat syahadat laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah. Dan harus kita ketahui bahwa kunci yang agung ini tidak akan memberikan manfaat jika hanya diucapkan saja tanpa pemenuhan hak-haknya. Betapa banyak kaum munafikin yang pada zaman Nabi SAW mengucapkan kalimat yang agung ini, namun karena mereka tidak memenuhi hak-haknya, mereka tetap tidak selamat dari siksaan neraka. Bahkan mereka berada di dasar neraka yang paling dalam. Sebagaimana firman Allah tentang mereka, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” [an-Nisa 145] Maka seorang muslim mukmin, yang ingin memiliki kunci ini dan mengambil manfaat darinya, dia harus memenuhi hak-hak dari kalimat ini. Dia harus memenuhi rukun dan syarat dari kalimat tauhid yang dia ucapkan. Secara ringkas, rukun laa ilaaha illallah ada dua, pertama meniadakan adanya hak untuk diibadahi pada dzat selain Allah. Dan yang kedua adalah menetapkan dan melakukan peribadahan hanya kepada Allah. Sedangkan rukun syahadat Muhammad rasulullah, pertama mengakui bahwa beliau adalah manusia, hamba Allah yang tidak berhak diibadahi. Dan yang kedua menetapkan bahwa beliau adalah utusan Allah, sehingga beliau tidak boleh diremehkan dan dilecehkan, bahkan harus ditaati. Adapun syarat laa ilaaha illallah, para ulama menyebutkan ada tujuh ilmu yang meniadakan kebodohan, keyakinan yang menolak keragu-raguan, penerimaan yang meniadakan penolakan, ketundukan yang meniadakan pengabaian, ikhlas yang menolak kesyirikan, kejujuran yang meniadakan kedustaan, dan kecintaan yang menolak kebencian. Sedangkan syarat syahadat Muhammad rasulullah adalah, mengakui dan meyakini kerasulan beliau secara lahir dan batin, meneladani beliau dengan cara mengamalkan kebenaran yang beliau bawa dan meninggalkan kebatilan yang beliau larang, membenarkan semua berita yang beliau sampaikan, mencintai beliau lebih dari kecintaan terhadap diri sendiri, harta, anak, orangtua, dan seluruh manusia, dan mendahulukan perkataan beliau atas perkataan setiap orang serta mengamalkan sunnah tuntunan 12 Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, hlm. 63. 13 Shohih Muslim no. 234 14 Mafatihul Khair, hlm. 13 15 Tentang rukun dan syarat dua kalimat syahadat ini, telah dijelaskan oleh Syekh Shalilh al-Fauzan dalam Aqidatul Tauhid hlm. 40-45 SYUKUR KUNCI NIKMAT Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mendapatkan nikmat dari Allah. Akan tetapi sayang sekali, hanya sedikit dari mereka yang mau bersyukur kepada Allah atas nikmat ini. Padahal jika mereka bersyukur, kenikmatan yang ada akan bertambah berlipat-lipat, karena syukur adalah kunci pertambahan rezeki. Allah berfirman, “Dan ingatlah juga, tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” [Ibrahim 7] Jika seseorang memahami perkara yang agung ini, sungguh dia telah mendapatkan kunci yang sangat bermanfaat untuk memperoleh tambahan kebaikan-kebaikan. Karena semua kebaikan yang didapati seorang manusia pada hakikatnya hanyalah kenikmatan yang Allah berikan. Rezeki yang didapati seorang hamba misalnya, Allah tidak akan memberi tambahan rezeki kepadanya kecuali jika dia mau bersyukur kepada Allah atas rezeki tersebut. Ilmu yang diperoleh seorang penuntut ilmu juga merupakan kenikmatan dari Allah. Maka jika seorang penuntut ilmu mensyukuri Allah atas ilmu yang telah diperolehnya, niscaya Allah akan memberi tambahan ilmu kepadanya. Demikian juga dengan taufik atau hidayah keimanan yang merupakan nikmat terbesar kepada seorang hamba, akan Allah tambahkan dan tingkatkan keimanan seseorang, manakala dia mensyukurinya. Dan tentu saja syukur yang dimaksud dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Dengan hati, kita mengakui bahwa semua kebaikan itu semata-mata pemberian dan anugrah dari Allah. Jika ada seseorang yang menganggap bahwa dia mendapat nikmat itu karena memang dia berhak, atau karena kepandaian dan keuletannya, atau karena usahanya, maka ini merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah, seperti yang telah Allah sebutkan tentang keadaan Qarun. Dengan lisan, seorang hamba mengucap syukur kepada-Nya, berterima kasih kepada-Nya dan juga disyariatkan baginya memperbincangkan kenikmatan yang Allah anugrahkan kepadanya, sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Adapun dengan anggota badan, maka dia mempergunakan nikmat yang Allah berikan itu dalam berbagai ketaatan yang disyariatkan. Misalnya, orang yang diberi kemudahan rezeki berupa harta, maka dia bersyukur dengan banyak bersedekah dan mempergunakan harta itu dalam ketaatan, tidak menghambur-hamburkannya, dan tidak mempergunakannya dalam kemaksiatan. Orang yang diberi ilmu, maka dia amalkan ilmu tersebut, dan dia ajarkan kepada orang lain. KEMULIAAN ADA PADA KETAATAN Kemuliaan hidup adalah salah satu perkara yang dicari manusia. Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan kehinaan dalam hidupnya. Hanya saja, timbangan kemuliaan mereka berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman mereka terhadap hidup ini. Dalam menyikapi perbedaan pandangan seperti ini, tentu sebagai seorang mukmin yang meyakini bahwa kehidupan ini berada di bawah kekuasaan tunggal Allah SWT, dia akan mengembalikannya kepada bagaimana sesungguhnya Allah memandang permasalahan ini. Karena Allah telah berfirman, “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” [Fathir 10] Jika demikian, maka sesungguhnya Allah telah menyebutkan kunci kemuliaan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.” [al-Hujurat 13] Jadi, kemuliaan sesungguhnya hanya ada pada ketakwaan. Yang mana ketakwaan ini terwujud dengan menaati Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya. Sebagian orang ada yang mencari kemuliaan hidup dengan meniru-niru orang-orang barat yang mana sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. Cara berpakaian, kebiasaan, akhlak, tingkah laku, gaya hidup sampai pada pemikiran pun mereka tidak bisa dibedakan. Padahal merupakan salah satu bentuk ketakwaan dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya SAW, adalah tidak menyerupai orang-orang kafir dalam berbagai hal yang menjadi kekhususan mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Aku diutus di hadapan hari kiamat, dengan membawa pedang sampai hanya Allah semata yang diibadahi, tanpa sekutu bagi-Nya. Dan rizkiku telah dijadikan berada di bawah tombakku. Dan kehinaan serta kerendahan dijadikan bagi siapa saja yang menyelisihi perkaraku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka.”16 16 Di-shahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 2831 KUNCI REZEKI Terkadang, seorang manusia rela mengorbankan agama demi mendapatkan secuil rezeki. Mereka berdalih dengan perkataan yang sesungguhnya tidak pantas diucapkan, “mencari rezeki yang haram saja susah apa lagi yang halal.” Seandainya manusia meyakini bahwa rezeki telah ditetapkan oleh Allah, dan dia mengetahui kunci-kuncinya, niscaya dia akan sadar bahwa Allah sangat pemurah dalam membagi-bagi rezeki, dan sesungguhnya mencari rezeki yang halah jauh lebih mudah ketimbang rezeki yang haram. Pada perkataan Ibnu Qayyim di atas, kita dapati beliau menjelaskan bahwa kunci rezeki adalah usaha yang dibarengi dengan istighfar dan takwa. Usaha sebagai kunci rezeki tentunya telah jelas bagi setiap orang yang berakal sehat. Karena tatkala seseorang ingin mendapatkan rezeki berarti dia harus berusaha mengais rezeki. Namun yang menjadi focus seorang mukmin dalam berusaha adalah hendaknya usaha yang dilakukan masih dalam daerah usaha yang dibolehkan halal. Dan daerah ini sungguh sangat luas sekali, karena ada suatu ketentuan dalam masalah semacam ini, selama tidak ada larangan dari syariat maka usaha itu dibolehkan. Inilah yang menjadikan seorang mukmin berkeyakinan bahwa yang halal lebih mudah dari pada yang haram, karena usaha yang halal itu jauh lebih banyak dari pada yang haram. Adapun istighfar sebagai kunci rezeki, maka bisa dipahami dari firman Allah SWT, “Maka aku Nabi Nuh katakan kepada mereka, Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampung, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai.” [Nuh 10-12] Sedangkan takwa, secara tegas Allah telah menyatakan, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [ath-Thalaq 2-3] Maka kepada orang yang masih menganggap usaha haram lebih mudah dari usaha halal, kita katakan, bertakwalah dan tinggalkanlah usaha haram, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka-sangka. KUNCI KEHIDUPAN HATI Hati manusia, tak ubahnya seperti jasad manusia, ada yang sehat, sakit dan ada pula yang mati. Akan tetapi, kesehatan hati jauh lebih penting jika dibandingkan dengan kesehatan badan. Hal ini karena kesehatan hati merupakan faktor utama kebaikan lahiriah seorang hamba. Rasulullah SAW telah bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, niscaya akan baik seluruh tubuhnya, namun jika segumpal daging itu rusak, niscaya menjadi rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” [Muttafaq alaihi] Maka perhatian seorang mukmin terhadap hatinya, tidak boleh ditempatkan pada posisi yang remeh. Jika hati itu telah mati, segala bentuk kebaikan dan kebenaran tidak akan bisa diterima oleh seseorang. Di sinilah kita dituntut untuk mengetahui kunci kehidupan hati, jika kita ingin mendapatkan dan menerima kebaikan yang banyak. Pada perkataan Ibnul Qayyim di atas, beliau telah menjelaskan bahwa kunci kehidupan hati adalah dengan mentadabburi al-Qur’an, merendahkan diri di akhir malam, dan meninggalkan dosa. Sungguh benar apa yang beliau katakan. Al-Qur’an adalah sumber kehidupan hati. Allah SWT berfirman, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh al-Qur’an dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab al-Qur’an dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami, dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” Syekh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Allah menamai al-Quran dengan ruh, karena dengan ruh jasad bisa hidup sedangkan al-Qur’an akan menghidupkan hati dan jiwa-jiwa. Dengan al-Qur’an, kamaslahatan dunia dan agama akan menjadi hidup, karena dalam al-Qur’an terdapat banyak kebaikan dan ilmu yang melimpah.”17 Makanya, sebagai obat hati yang merasa gundah gelisah, Rasulullah SAW menganjurkan kita berdoa kepada Allah agar menjadikan al-Qur’an ini sebagai penyejuk hati dan cahaya bagi dada. Yaitu dengan doa, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, akan hamba-Mu Adam, dan anak hamba perempuan-Mu Hawa. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, dan ketetapan-Mu adil pada diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau menamai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu, maka aku mohon dengan itu agar Engkau jadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, pelipur kesedihanku, dan penghilang bagi kesusahanku.”18 Begitu pula dengan menjauhi dosa-dosa, adalah salah satu sebab atau kunci hidupnya hati seorang hamba. Karena dosa adalah titik hitam yang mengotori hati manusia. Semakin banyak titik itu melekat dalam hati, maka akan menjadi tutupan kelam yang bisa mematikan hati manusia. 17 Taisirul Karimir Rahman, hlm. 762 18 Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya. ILMU KUNCI UTAMA Setelah kita mengetahui sebagian dari kunci kebaikan di atas, maka di sana ada satu kunci utama sebagai pintu pertama untuk mendapatkan kunci-kunci tersebut. Tidak lain kunci utama itu adalah ilmu. Karena dengan ilmu, seseorang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang mendatangkan cinta dan ridha Allah, dan mana yang akan membawa pada kemurkaan-Nya. Dan dimulai dengan ilmu, seseorang bisa melakukan berbagai amalan. Imam al-Bukhari berkata, “Ilmu itu harus ada sebelum berkata dan beramal.” Dan Rasulullah SAW sendiri telah menegaskan bahwa orang yang dikehendaki baiknya oleh Allah, adalah orang yang diberi pemahaman ilmu agama. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki ada kebaikan padanya, niscaya akan Dia pahamkan orang itu dalam perkara agama.” [Muttafaq alahi] Oleh karena itulah, Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya SAW untuk meminta tambahan berupa ilmu. Allah SWT berfirman, “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” [Thaha 114] “Wahai Allah, berikanlah manfaat kepada kami dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, dan ajarkanlah kepada kami apa yang bermanfaat bagi kami, dan berikanlah tambahan ilmu kepada kami.”
Ilmuadalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah
MENUNTUT ilmu agama Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Dan untuk melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari pengakuan bahwa kita sudah berIslam, itu membutuhkan ilmu. Menuntut ilmu agama itu wajib Rasulullah ﷺ bersabda, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913. Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan firman Allah Ta ala إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” QS. An-Nuur [24] 51. ilustasi, foto Unplash Sebagaimana kita meluangkan waktu kita untuk shalat. Ketika waktu sudah menunjukkan waktu shalat pasti kita akan meluangkan waktu untuk shalat walaupun misal kita sedang bekerja dan pekerjaan kita masih banyak. Kita akan tetap meninggalkan aktivitas kita dan segera mengerjakan shalat. Maka begitupun sebaiknya yang harus kita lakukan dengan menuntut ilmu. Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan. Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.” Jika kita ingin menyandang kehormatan luhur, kemuliaan yang tak terkikis oleh perjalanan malam dan siang, tak lekang oleh pergantian masa dan tahun, kewibawaan tanpa kekuasaan, kekayaan tanpa harta, kedigdayaan tanpa senjata, kebangsawanan tanpa keluarga besar, para pendukung tanpa upah, pasukan tanpa gaji, maka kita mesti berilmu. Namun, yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalahilmu syar’ ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan” Fathul Baari, 1/92. Menuntut Ilmu Agama, Jangan Dicampuri dengan Motivasi Duniawi Dari penjelasan Ibnu Hajar rahimahullah di atas, jelaslah bawa ketika hanya disebutkan kata “ilmu” saja, maka yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Oleh karena itu, merupakan sebuah kesalahan sebagian orang yang membawakan dalil-dalil tentang kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dari Al Qur’an dan As-Sunnah, tetapi yang mereka maksud adalah untuk memotivasi belajar ilmu duniawi. Meskipun demikian, bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu duniawi. Karena hukum mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya. Apabila digunakan dalam kebaikan, maka baik. Dan apabila digunakan dalam keburukan, maka buruk. Lihat Kitaabul Ilmi, hal. 14. ilustrasi, foto unplash Menuntut Ilmu Agama Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah menerangkan, diantara faidah hadits di atas adalah Dorongan untuk menimba ilmu agama dan motivasi atasnya Penjelasan mengenai keutamaan para ulama di atas segenap manusia Penjelasan keutamaan mendalami ilmu agama di atas seluruh bidang ilmu Pemahaman dalam agama merupakan tanda Allah menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba Dengan demikian, ketika kita berbicara mengenai keutamaan belajar ilmu agama sesungguhnya kita sedang membahas mengenai pentingnya seorang muslim mencapai keridhaan Allah dan cinta-Nya. Karena tidak mungkin dia bisa mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya kecuali dengan mengikuti ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dan bagaimana mungkin dia akan bisa mengikuti ajaran jika dia tidak membangun agamanya di atas ilmu dan pemahaman?! Allah berfirman, قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ “Katakanlah; Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku rasul niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” QS. Al-Imran 31. Allah berfirman, وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥ “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama/amal untuk-Nya dengan hanif, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus.” QS. Al-Bayyinah 5. BACA JUGA Inilah, 4 Keutamaan Menuntut Ilmu dari Kitab Miftah Daar As-Sa’adah Menuntut Ilmu Agama Ayat-ayat di atas dengan gamblang menunjukkan kepada kita bahwa setiap muslim harus Mengikuti tuntunan Rasul shallallahu alaihi wa sallam Beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan bersih dari syirik Melandasi amal salihnya dengan keimanan dan tauhid Tunduk kepada syari’at Allah, menegakkan sholat dan membayar zakat Menegakkan nasihat dan kesabaran Sementara tidak mungkin melakukan itu semuanya kecuali dengan dasar ilmu dan pemahaman. Maka sekali lagi, belajar ilmu agama ini bukan kegiatan sampingan. Ini adalah kebutuhan setiap insan. Tidakkah kita ingat sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu agama niscaya Allah akan mudahkan baginya dengan sebab itu jalan menuju surga.” HR. Muslim. Menuntut Ilmu Agama Mengakui Kebodohan Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan Beruntunglah orang yang bersikap inshof/objektif kepada Rabbnya. Sehingga dia mengakui kebodohan yang meliputi ilmu yang dia miliki. Dia pun mengakui berbagai penyakit yang berjangkit di dalam amal perbuatannya. Dia juga mengakui akan begitu banyak aib pada dirinya sendiri. Dia juga mengakui bahwa dirinya banyak berbuat teledor dalam menunaikan hak Allah. Dia mengakui betapa banyak kezaliman yang dia lakukan dalam bermuamalah kepada-Nya.[] SUMBER ISLAMICCENTER MUSLIM
Ilmuadalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengannya pula syari'at -Nya disebarkan. Ilmu adalah cahaya untuk melihat hakikat segala urusan.
Tuntunan Akhlak Mulia dalam Ajaran Islam dan 4 Sifat Sebagai PilarnyaEnsiklopedi Akhlak Nabi SAW Pilar-Pilar Akhlak Mulia4 Pilar Akhlak Mulia Dalam IslamJelaskan 4 pilar akhlak mulia dalam islamJelaskan 4 Pilar Akhlak Mulia dalam Islam! Hikmah, Amarah, Nafsu, dan Keseimbangan dari KetiganyaPilar-Pilar Akhlak Mulia Menurut Ibnu Qayyim Akhlak baik dan mulia adalah salah satu perkara yang harus dimiliki manusia, terutama umat Islam. Tuntunan Akhlak Mulia dalam Ajaran Islam dan 4 Sifat Sebagai Pilarnya Segala bentuk ibadah atau pendekatan diri sang hamba kepada Tuhannya selalu diselimuti oleh tata akhlak tertentu. “..Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar..”al-Ankabut [29] 45 Nabi saw menambahkan dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah “Puasa adalah perisai dari siksa api neraka. Jika ada seseorang memeranginya dan memancing amarahnya, hendaklah ia berkata, Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Dalam hal jual beli dan muamalah yang lain, abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang bersikap curang maka ia tidaklah termasuk bagian dari kami.” HR Muslim; hadits sahih. Sebab, akhlak-akhlak yang lain dapat ditegakkan apabila berada di atas pilar-pilar itu. Selain itu, dapat mendorongnya untuk selalu lepat pada perasaan malu yang merupakan kunci segala kebaikan. Sifat menjaga kesucian ini juga menghindarkannya untuk terlibat dalam perbuatan keji, kikir, dusta, menggunjing, dan mengadu domba. Baca Juga Inilah 9 Ayat yang Menjelaskan Nabi Muhammad saw Sebagai Sosok Panutan Oleh karena itu, hakikat keberanian seseorang adalah kemampuan untuk melawan musuh besarnya, yaitu hawa nafsu. Ensiklopedi Akhlak Nabi SAW Pilar-Pilar Akhlak Mulia Selain itu, dapat mendorongnya untuk selalu lekat pada perasaan malu yang merupakan kunci segala kebaikan. Sifat menjaga kesucian ini juga menghindarkannya untuk terlibat dalam perbuatan keji, kikir, dusta, menggunjing, dan mengadu domba. Oleh karena itu, hakikat keberanian seseorang adalah kemampuan untuk melawan musuh besarnya, yaitu hawa nafsu. – Akhlak merupakan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja dan muncul dari dorongan jiwa secara spontan. Sedangkan akhlak mulia atau sifat terpuji didalam agama islam di sebut akhlakul karimah yang berarti sikap dan tingkah laku mulia terhadap Allah, sesama manusia dan maupun lingkungannya. Dari makna kata tersebut dapat dipahami bahwa sifat sabar akan membantu seseorang untuk lebih mampu menahan amarah, tidak merugikan orang lain, tetap tenang dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu. Dan perlu diingat, Allah SWT tidak akan pernah memberikan cobaan atau ujian yang berat di luar batas kemampuan umatNya. Sifat kesucian ini juga menghindarkannya untuk terlibat dalam perbuatan-perbutan yang tercela. Sifat Berani menjadikan seseorang kuat untuk menjaga harga diri, norma dan akhlak mulia serta ringan tangan. Oeh karena itu, hakikat keberanian didalam agama islam adalah kemampuan seseorang untuk melawan hawa nafsu. Setiap manusia tentu mempunyai hak untuk memiliki atau melakukan sesuatu, karenanya hak-hak itu harus diperhatikan dan dipenuhi dengan sebaik-baiknya. “…Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya dengan adil.”Qs. Jelaskan 4 pilar akhlak mulia dalam islam Menjaga kesucian juga bermakna membentengi diri dari perbuatan yang mendatangkan dosa, merendahkan martabat sebagai manusia dan lain sebagainya. Allah itu Maha Adil dan sikap ini wajib kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Bersikap adil akan menjauhkan kita dari perilaku dzalim baik bagi diri maupun orang lain. Selain itu dapat mendorongnya untuk selalu dekat pada perasaan malu yang merupakan kunci segala kebaikan dan menghindarkannya untuk terlibat dalam perbuatan keji, kikir, dusta, menggunjing dan mengadu domba Berani menjadikan seseorang kuat untuk menjaga harga diri, mudah membumikan norma dan akhlak mulia, serta ringan tangan sehingga ia tidak ragu mengeluarkan atau berpisah denga harta yang dicintainya. Sifat ini dapat mengasah sikap seseorang untuk terus berupaya meluruskan perangainya, membantunya memilah antara bersikap terlalu berlebihan atau terlalu kurang dan dapat mendorong untuk terus bersikap dermawan, murah hati, sikap pertengahan antara kikir dan boros, serta dapat menyuntikkan sifat pemberani, sikap pertengahan antara pengecut dan nekat. Adil juga dapat melahirkan sifat santun, penengah antara pemarah dan rendah diri. Zalim ini selalu mendorong seseorang untuk meletakkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya. Dengan begitu ia akan mudah marah pada saat ridha dan pasrah seharus nya menguasai dirinya, mudah tergesa-gesa pada saat diharuskan bersikap hati-hati dan waspada, memilih kikir meski seharusnya pintu hatinya terketuk dan rela berderma, nekat mengambil resiko pada kondisi yang seharusnya lebih tepat untuk menahan diri. Jelaskan 4 Pilar Akhlak Mulia dalam Islam! Hikmah, Amarah, Nafsu, dan Keseimbangan dari Ketiganya Referensi Tugas Diskusi Mata Kuliah PAI Sesi 5 Umi Arofah Buku Modul MKDU4221/Modul 5 4 pilar akhlak mulia dalam islam, Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi dari akhlak mulai yang dimiliki oleh agama islam, yaitu Hikmah, Amarah, Nafsu, dan keseimbangan dari ketiganya. Pilar-Pilar Akhlak Mulia Menurut Ibnu Qayyim Akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa memikirkan dan mempertimbangkan terlebih dahulu. Masih ingatkah dengan tugas Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah ke muka bumi ini? sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, beliau juga menuntun umatnya untuk berperilaku mulia dan memberikan teladan kepada mereka. Dalam kitab al-Madarij, Imam Ibnu Qayyim menjelaskan akhlak mulia berdiri atas pilar-pilar yang saling berhubungan. Di saat anak kesayangannya dikabarkan telah dimakan serigala, beliau memilih untuk bersabar dan fokus ke pertolongan Allah semata. sesungguhnya Allah secara terus menerus memerintah siapa pun di antara hamba-hamba-Nya untuk berlaku adil dalam bersikap, ucapan dan tindakan, walau terhadap diri sendiri. Selain itu, dapat mendorongnya selalu dekat pada perasaan malu yang merupakan kunci segala kebaikan. Sifat menjaga kesucian ini juga menghindarkannya untuk terlibat dalam perbuatan keji, kikir, dusta, menggunjing, dan mengadu domba. Newsletter Want more stuff like this? Get the best viral stories straight into your inbox! 7B9D.
  • hocizuy420.pages.dev/349
  • hocizuy420.pages.dev/764
  • hocizuy420.pages.dev/377
  • hocizuy420.pages.dev/571
  • hocizuy420.pages.dev/344
  • hocizuy420.pages.dev/355
  • hocizuy420.pages.dev/727
  • hocizuy420.pages.dev/199
  • hocizuy420.pages.dev/781
  • hocizuy420.pages.dev/741
  • hocizuy420.pages.dev/356
  • hocizuy420.pages.dev/993
  • hocizuy420.pages.dev/991
  • hocizuy420.pages.dev/457
  • hocizuy420.pages.dev/846
  • kunci segala kebaikan adalah