7 Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Suku Manggarai. Pakaian adat dari Suku Manggarai di Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki makna filosofi yang cukup mendalam. Nama pakaian adat tersebut dikenal dengan sebutan kain Songke dan menjadi salah satu pakaian wajib bagi kaum wanita Suku Manggarai.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mengenal daerah Manggarai adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur NTT Indonesia bagian Timur. Manggarai sendiri terdiri atas tiga kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Barat, dan kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Manggarai terkenal dengan kota paling dingin di dari surat kabar daring Media Indonesia dari stasiun meteorologi Ruteng Frans Sales Lega Manggarai, Nusa Tenggara Timur suhu udara di kota Ruteng per Juli 2019 lalu menyentuh 9,2 derajat celcius. Itu merupakan suhu terendah yang dicatat stasiun meteorologi BMKG di seluruh Indonesia. Kabupaten Manggarai Barat terkenal dengan kota Labuan Bajo sebagai salah satu objek pariwisata premium yang cukup terkenal di Indonesia maupun manca negara. Kabupaten Manggarai Timur terkenal dengan penghasil kopi dan cengkeh. Ketiga kabupaten ini memiliki adat dan budaya yang sangat kental yang diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat Manggarai. Salah satu adat budaya yang paling sering dilakukan oleh masyarakat setempat hingga saat ini adalah acara ''teing hang'' yang berarti upacara pemberian sesajen kepada para leluhur sebagai salah satu bentuk wujud rasa syukur, meminta keberhasilan, dan memohon perlindungan. Baca juga 4 Makna yang Terkandung dalam Budaya "Teing Hang" Arwah di ManggaraiMasyarakat kami menyakini bahwa roh-roh para leluhur senantiasa membawa perantara kebaikan Tuhan dalam hidup dan usaha acara ''teing hang'' yang paling populer dilakukan masyarakat Manggarai adalah ketika anak-anak mulai memasuki SMP, SMA, kuliah, merantau, acara pernikahan, dan acara penutup akhir tahun. Ketiga acara ini sama-sama memiliki makna yang sama yakni meminta keberhasilan dalam sekolah dan memohon perlindungan agar dijauhkan dari hal-hal buruk. Sedangkan untuk acara ''teing hang'' penutup akhir tahun adalah salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas semua perjalanan hidup selama setahun dan meminta perlindungan dan keberkahan untuk hidup di tahun yang ditanya kok roh yang disembah? Kan ada Tuhan. Jawaban yang lebih tepat bukan menyembah roh tetapi kami menghormati dan meyakini bahwa roh-roh para leluhur yang didoakan dalam bentuk acara ''teing hang dengan tudak manuk bakok'' senantiasa menyampaikan semua permohonan kami dihadapan Tuhan. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
ቸкጾψаն ωጣ
ሉуногл гутէжը
ስէтаኘ кሒснሁтрθኜጎ в
Овዎμዉбαнтε ναстιсиλ лለጇ
Οбէскуճሤхዒ мመ
Հυклጁкኮ ուснች опсዬш
Թаλаφυκህ πωφабот
Сат ሐиру троզοտурխщ
Сеτ եбруኝуյ
PakaianAdat Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam karena daerah dihuni oleh beberapa suku adat yang memiliki pakaian adat yang beraneka ragam. Paulus Ruteng - Flores - NTT mengenakan pakaian adat manggarai dan berhiaskan BALIBELO di kepala tanpa judul GOET MANGGARAI Nilai Religius - Mori jari dedek tanan wa awangn eta pukul parn
Kupang ANTARA - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mewajibkan aparatur sipil negara ASN di lingkup pemerintahan setempat untuk mengenakan pakaian adat sebagai pakaian dinas resmi pada setiap hari Kamis. "Mulai hari ini Kamis, 23/5/2019 kami luncurkan kebijakan bagi semua ASN di Manggarai Barat untuk memakai pakaian adat khas Manggarai Barat sebagai pakaian dinas resmi," kata Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Kupang, Kamis 23/5. Ia menjelaskan pakaian adat yang digunakan untuk kedinasan meliputi tenunan songke Manggarai, baju bakok putih untuk laki-laki dan brokat untuk perempuan, selendang, dan sesek sapu destar atau jongkong re’a yang merupakan topi khas Manggarai Barat. Agustinus menjelaskan pemerintah kota menerapkan kebijakan itu sesuai instruksi Gubernur Nusa Tenggara Timur yang mewajibkan semua ASN di NTT mengenakan pakaian adat, sebagai pakaian dinas resmi pada setiap Selasa dan Jumat. "Namun untuk kami di Manggarai Barat diterapkan setiap hari Kamis agar selaras dengan ketentuan nasional," kata Bupati Dula dan menjelaskan ASN dari daerah lain yang bekerja di Manggarai Barat diperbolehkan untuk mengenakan pakat adat khas daerahnya masing-masing. Agustinus Dula mengapresiasi kebijakan tersebut, karena berdampak positif terhadap pertumbuhan usaha pengrajin tenun ikat di Manggarai Barat. "Saya optimistis banyak orang akan mencari tenun ikat songke Manggarai," demikian Agustinus Ch Dula. Baca juga Klaster tenun ikat tumbuhkan ekonomi Sumba Timur Baca juga Kampung Adat Praingu Prailiu jadi galeri tenun ikat
BajuAdat Manggarai. Daftar suku yang ada di ntt setidaknya ada 7 macam yaitu suku sumba, suku sabu, suku helong, suku rote, suku dawan, suku lio, dan suku manggarai. Jarum jam menunjuk arah jam 9 pagi. 44+ Info Penting Baju Songke Manggarai from yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa nusa tenggara timur Indonesia merupakan negara kaya akan budaya. Mulai dari kuliner, tarian hingga kain tradisional. Kain tradisional dari berbagai daerah dengan karakteristik tersendiri membuktikan bahwa Indonesia kaya akan keberagaman. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menetapkan sebanyak 33 jenis kain tradisional sebagai warisan budaya. Batik salah satunya yang sudah popular hingga di level mancanegara. Namun yang tidak kalah populernya adalah adanya kain songket, tenun, ulos dan beberapa jenis kain langka yang sudah sulit ditemui. Berbicara soal kain tenun, Nusa Tenggara Timur salah satunya memiliki banyak ragam tenun ikat. Salah satunya adalah Songke. Songke adalah tenun khas masyarakat Manggarai yang berdiam di sisi barat Pulau Flores. Kain tenun ini wajib dikenakan saat acara-acara adat. Antara lain saat kenduri penti, membuka ladang randang, hingga saat musyawarah Nempung. Pada tahun 1613-1640 kerajaan Gowa Makasar, Sulawesi Selatan pernah berkuasa di hampir seluruh wilayah Manggarai Raya. Pertemuan dengan berbagai macam kepentingan budaya melahirkan sesuatu yang baru bagi kebuadaayan orang Manggarai termasuk di dalamnya masalah berbusana sehingga kebudayaan dari Makasar sebagiannya dibawa ke Manggarai termasuk juga masalah kain yang dipakai. Orang Makasar menyebut songke dengan sebutan songket, tetapi orang Manggarai lebih mengenalnya dengan sebutan songke tanpa akhiran huruf t. Kaum laki-laki biasa mengenakan tengge Songke lalu mengombinasikannya dengan destar atau ikat kepala atau peci khas Manggarai. Sementara para perempuan mengenakan dengan cara yang sama dengan atasan kebaya. Kain songke juga dipakai oleh para petarung dalam tarian Caci serta, dimanfaatkan sebagai mas kawin belis hingga untuk membungkus jenazah. Kain ini umumnya berwarna dasar hitam. Warna hitam bagi orang manggarai warna hitam melambangkan kebesaran dan keagunan serta kepasrahan bahwa semua manusia pada suatu saat akan Kembali kepada Mori Kraeng Sang Pencipta. Sedangkan warna benang untuk sulam umumnya warna-warna yang mencolok seprti merah, putih, orange, dan kuning. Motif yang dipakai pun tidak sembarang. Setiap motif mengandung arti dan harapan dari orang Manggarai dalam hal kesejahteraan hidup, kesehatan dan hubungan, baik antara manusia dan sesamanya, manusia dengan alam maupun dengan Sang Pencipta. Di rangkum dari beberapa sumber, berikut Motif kain Songke beserta artinya Motif Su’i Motif ini berupa garis-garis yang seolah memberi batas antara satu motif dengan yang lainnya. Namun garis-garis ini bukannya tanpa arti. Su’i melambangkan segala sesuatu yang memiliki akhir. Seperti hidup yang cepat atau lambat akan menemui ujungnya. Su’I juga dapat berarti kehidupan masyarakat Manggarai dibatasi oleh garis-garis berupa peraturan adat yang tidak boleh dilanggar. Motif Mata Manuk Mata manuk artinya mata ayam. Motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang maha melihat. Masyarakat Manggarai meyakini kebesaran Tuhan yang mempu melihat hingga ceruk paling gelap sekalipun. Perbuatan manusia tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya. Motif Wela Ngkaweng Wela berarti bunga. Sementara ngkaweng adalah sejenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Manggarai untuk mengobati luka hewan ternak. Wela nkaweng mengandung makna bahwa kehidupan manusia yang bergantung pada alam. Kelestarian alam akan menunjang kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Motif Wela Runu Yang melambangkan bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini. Motif NtalaNtala berarti bintang. Motif ini terkait erat dengan salah satu petuah Manggarai Porot langkas haeng ntala’, yang artinya hendaklah mencapai bintang. Motif ntala bermakna, hendaknya kehidupan selalu berimbas positif bagi sesama serta memberikan perubahan pada lingkungan sekitar. Motif Ranggong Ranggong adalah laba-laba. Bagi masyarakat Manggarai, laba-laba adalah hewan yang ulet dan bekerja keras dalam hidupnya. Kejujuran dalam hidup akan membuahkan hal baik, disenangi dan dimuliakan oleh orang di sekitar. Continue ReadingNilainilai filosofis perkawinan adat Manggarai dapat digambarkan dalam beberapa ungkapan berikut: 1. perkawinan mengungkapkan kebutuhan dasar manusia untuk berada bersama dengan Yang Lain dalam suatu ranah kehidupan yang sejahtera, subur dan berkembang, seperti ungkapan "saung bembang ngger eta, wake seler ngger wa".
BORONG, - Ghan Woja terdiri dari dua kata, yakni ghan dan woja. Ghan dalam bahasa etnis Kolor di bagian selatan Manggarai Timur, artinya makan dan woja berarti bulir padi panjang dan beras. Ghan Woja merupakan salah satu dari sekian ritual adat masyarakat tani yang menghormati padi dan jagung, serta memulihkan hubungan dengan Sang Pencipta. Mereka juga menyapa leluhur dengan ritual adat di Mbaru Mere rumah adat.Adapun Ghan Woja ditujukan untuk mengungkapkan rasa syukur, berdoa saat akhir masa tanam dan memulai masa tanam baru. Baca juga Desa Wisata Mbengan di Manggarai Timur NTT, Punya Budaya dan Alam yang Menakjubkan Ritual Ghan Woja bisa dilaksanakan secara pribadi di rumah-rumah, di kebun, dan secara komunal di rumah-rumah adat. Tarian Keda Rawa Tua adat Suku Mukun, Desa Mbengan, Kornelius Ngamal Ramang 62 menjelaskan, tradisi sakral di Kampung Bungan yang masih dirawat dengan baik yakni tradisi tarian Keda Rawa saat dilangsungkan ritual adat Ghan Woja. Keda artinya injak tanah, menghentakkan kaki di tanah dan rawa artinya syair-syair mistis yang dilantunkan tua-tua adat di kampung tersebut. Jadi Tarian Keda Rawa adalah tarian khas bernuansa mistis yang dilaksanakan oleh tua-tua adat laki-laki. Tarian ini dilaksanakan tengah malam sekitar pukul Wita dan pagi sebelum matahari terbit. "Di bulan oktober 2022 sudah dilaksanakan ritual adat Ghan Woja di Kampung Bungan. Warga satu kampung itu melaksanakan ritual ini," kata Ramang. Biasanya, lanjut dia, ritual Ghan Woja dilaksanakan Juli-September tiap tahunnya. Namun, tahun 2022 ini ritual mundur karena anomali cuaca. Sebelum dilaksanakan ritual Ghan Woja di rumah, masyarakat Kampung Bungan dilarang membuka kebun baru. Konon jika dilanggar, hasil kebun tidak melimpah dan kebun-kebun diganggu binatang. Baca juga Manggarai Timur NTT yang Kaya Goa Alam untuk Dikunjungi Wisatawan Ramang melanjutkan, yang menanam pertama di ladang adat di sekitar rumah adat adalah Suku Nanga. Jika tua adat Suku Nanga belum menanam, warga lain dilarang menanam duluan. Noko Lodong Ramang menjelaskan bahwa saat ritual itu dilangsungkan, dilakukan Noko Lodong. Noko berarti simpan dan lodong berarti pucuk. Noko lodong berarti menyimpan pucuk tanaman. Saat malam hari tua adat di rumah adat melaksanakan kepok-kepok untuk menandakan bahwa tahun yang lalu sudah berlalu dan memulai tahun baru untuk menanam. MAKUR Sesajian adat kepada Sang Pencipta Kehidupan, alam semesta dan leluhur yang dialas dengan daun sirih di Watu Nurung atau watu leluhur Suku Saghe di rumah adat atau Mbaru Gendang Saghe, Jumat 2/11/2018. Adapun di kampung Bungan, lanjut Ramang, terdapat suku Bebong, Teong, Koi, Mukun, Ladar, Pata, Kepo, Sape, dan Nanga. Satu kampung ini serentak melaksanakan ritual adat Ghan Woja. Ia melanjutkan, yang paling sakral dalam ritual Ghan Woja adalah hasil panen yang unik atau langka, seperti bulir padi bercabang tiga dipangkas dan dibawa ke rumah adat. Baca juga Berwisata ke Manggarai Timur, Cicipi Kopi Pahit dan Kuliner Lokal di Coffee For Rest Hasil panen unik itu dipersembahkan di tengah kampung dengan percikan darah babi dan ayam. Dalam ritual Ghan Woja, bahan sesajiannya yakni ayam dan babi. Tarian Keda Rawa Saat ritual Ghan Woja, dilakukan tarian Keda Rawa di tengah kampung. Tepat pukul Wita, tua adat yang hanya laki-laki turun dari rumah adat, dibalut dengan pakaian adat serta diiringi tabuh kendang dan gong, menari melingkar. Tidak sembarang orang bisa melantunkan syair-syair kuno dalam tarian ini. Tarian ini sangat berbeda dengan tarian pada umumnya di Manggarai Timur. Cara menarinya juga sangat sulit bagi orang baru yang ikut menari. Baca juga 12 Desa Wisata Manggarai Timur NTT, Banyak Kekayaan Alam dan Budaya Saat ini tarian Keda Rawa hanya ada di kampung Bungan di Desa Mbengan. Tidak ada di kampung-kampung lainnya. Tarian ini melambangkan penghormatan kepada ibu bumi sebagai tempat berpijak, tempat tinggal dan juga menghormati para leluhur yang sudah mendirikan kampung tersebut. Tarian juga melambangkan penghargaan kepada Sang Pencipta. Selain Keda Rawa pada malam hari, siang harinya dilaksanakan tarian Ronda. Kampung Sakral Bungan Ramang menambahkan, Kampung Bungan bisa disebut kampung sakral. Alasannya, konon saat mendirikan kampung itu ratusan tahun lalu, leluhur melalukan ritual dengan keliling tujuh kali agar terhindar dari gangguan manusia maupun makhluk halus. MAKUR Kepala Suku Saghe, Alexander Djala sedang melaksanakan ritual di watu naga tana batu leluhur Suku Saghe untuk minta restu kepada Sang Pencipta, alam semesta dan leluhur Saghe, Jumat 2/11/2018. Di bagian utara kampung, ada watu yang biasa disebut naga kampung. Sebelum dilangsungkan ritual-ritual adat seperti ghan woja, terlebih dahulu dilangsungkan ritual di sana, maupun yang selatan. Terpisah Tua Adat Suku Saghe, Fransiskus Ndolu 73 dan Aleksius Jalang 77 menjelaskan, warga suku Saghe juga sering melaksanakan ritual adat Ghan Woja dan Peting Kadea syukuran hasil panen selama setahun. Baca juga Indahnya Air Terjun Cuncang Lewe di Manggarai Timur, NTT dengan Ketinggian 100 meter Biasanya benda-benda sesajennya, ayam dan babi. Semua warga suku berkumpul di rumah adat. "Selama kami hidup bersama orangtua-orangtua dan tua-tua adat hingga saat ini, ritual adat Ghan Woja selalu dilaksanakan di rumah adat. Ada juga yang dilaksanakan di rumah-rumah pribadi," tutur keduanya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
PakaianAdat Nusa Tenggara Timur (NTT) | Budaya Indonesia | Dongeng Kita#youtubeanak
Jumlah Pengunjung 17,644 Baju Adat NTT – Nusa Tenggara Timur atau lebih sering disebut sebagai NTT adalah salah satu provinsi yang cukup terkenal dengan destinasi wisatanya alamnya. Menjadi bagian dari Kepulauan Sunda kecil, tidak heran kalau provinsi yang satu ini terdiri dari banyak pulau. Pulau-pulau tersebut punya daya tarik yang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk dijadikan destinasi wisata. Contohnya saja Pulau Komodo, Pulau Flores, dan Pulau Alor. peta provinsi ntt Namun, bukan hanya destinasi wisatanya saja yang khas, NTT juga memiliki banyak nilai-nilai kebudayaan yang mencerminkan keistimewaan dari NTT itu sendiri. Mulai dari rumah adat, kesenian tradisional, hingga baju adatnya. Aneka ragam jenis kebudayaan itu, sebenarnya tidak terlepas dari banyaknya keragaman suku yang ada di NTT. Ada banyak suku yang mendiami provinsi NTT seperti suku Sabu, suku Rote, suku Helong, suku Dawan, suku Sumba, suku Lio, suku Manggarai dan suku-suku lainnya. Maing-masing suku tersebut pastinya memiliki kebudayaan yang menjadi ciri khas mereka, salah satunya adalah baju adat. Nah, agar kalian lebih mengenal salah satu bagian dari kebudayaan di NTT, di bawah ini akan dijelaskan 5 baju adat NTT yang menjadi simbol khas setiap suku. 1. Baju Adat Suku Rote Baju Adat Suku Rote, Baju Adat NTT – Foto Baju adat yang menjadi ciri khas paling utama dari NTT adalah baju adat dari suku Rote. Menjadi baju adat tingkat Nasional untuk provinsi NTT, baju ini ternyata memiliki ciri khas, nilai-nilai filosofis, sejarah serta keunikan bentuk tersendiri. Untuk baju adat wanita suku Rote, bentuknya berupa setelan kebaya dan bawahan yang dibuat dari tenunan tangan. Sementara itu, bagian baju adat untuk laki-laki berupa kemeja putih dengan paduan bawahan dari sarung tenun warna gelap. Ada satu hal yang menjadi ciri khas paling penting dari baju adat suku Rote yaitu topi yang dipakai oleh para laki-laki. Topi ini dijuluki dengan Ti’i Langga. Bentuk dari topi ini sering dikatakan mirip dengan topi orang meksiko. Baju Adat NTT ini dibuat dari daun lontar yang kering, topi ini menjadi simbol wibawa bagi laki-laki yang memakainya, dan ada selendang tenun juga yang disampirkan di bahu para laki-laki sebagai aksen pemanis. 3. Baju adat Suku Abui Pulau Alor baju adat suku alor desa takpala – foto Baju adat Nusa Tenggara Timur selanjutnya adalah datang dari suku Abui yang berada di pulau Alor. Keberadaan Suku Abui dengan budayanya dijaga kelestariannya oleh Pemerintah Kabupaten Alor. salah satu desa yang masih bisa menjumpai suku abu adalah di desa takpala. Desa Takpala merupakan sebuah kampung tradisional di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Lokasi kampung yang berada di atas bukit ini dihuni sekitar 13 kepala keluarga Suku Abui. Salah satu keunikan Suku Abui adalah pakaian tradisional yang ditenun dengan alat tradisional menggunakan tangan. Pakaian itu mereka gunakan untuk menyambut wisatawan yang datang ke kampung mereka, sambil menari lego-lego. Untuk busana biasanya penari menggunakan kain sarung dan kain tenun khas Alor. Untuk para penari pria, mereka menggunakan penutup kepala yang dibentuk dari kain, dan rambut penari wanita dibiarkan terurai. Selain itu, para penari dilengkapi dengan gelang kaki yang menghasilkan bunyi mengikuti langkah kaki para penarinya. 3. Baju Adat Suku Helong pakaian adat suku helong saat acara adat di pulau semau – sumber foto bg win Baju Adat NTT lainnya yang biasa digunakan adalah Baju adat Suku Helong. Sama seperti baju adat suku Rote, baju adat suku Helong juga dibagi dua, yaitu untuk laki-laki dan perempuan. Baju adat wanita suku Helong berbentuk kebaya atau kadang hanya berupa kemben. Lalu, ada sarung yang diikat dengan pending atau ikat pinggang emas. Untuk perhiasan kepalanya berbentuk bula molik atau bulan sabit, pada telinga dikenakan giwang dengan nama karabu, dan pada leher juga dikenakan perhiasan berbentuk bulan. Untuk para lak-laki suku Helong, baju adat yang mereka kenakan berupa baju kemeja atau bodo sebagai atasan, selimut lebar yang diikat untuk bawahan, destar untuk pengikat kepala, dan perhiasan leher yang disebut habas. Baca juga ya Inilah 6 kuliner & Makanan Khas Ende NTT yang Wajib Dicoba Kunjungi 5 Tempat Wisata di Betun Malaka NTT yang indah 4. Baju Adat Suku Sabu Baju Adat Suku Sabu menjadi Baju Adat NTT lainnya yang mungkin bisa kamu coba. Suku ini adalah suku yang mendiami Pulau Sabu di Kabupaten Kupang. Suku ini juga memiliki baju adatnya sendiri untuk para wanita dan laki-laki. Pada wanita, baju adat suku Sabu berupa kebaya dan sarung tenun disertai pending atau ikat pinggang. Pada laki-laki suku Sabu, atasan dari baju adatnya juga berupa kemeja putih lengan panjang. Untuk bawahan dan selendang yang disampirkan berupa sarung tenun. Tidak kalah mewah, ikat kepalanya berupa mahkota 3 tiang terbuat dari emas. Perhiasan lainnya adalah kalung yang disebut mutisalak, kalung habas , satu pasang gelang emas, dan sabuk yang memiliki kantong. 5. Baju adat Suku Manggarai PAKAIAN ADAT SUKU MANGGARAI NTT – foto Tana Manggarai, Flores Baju adat NTT atau baju adat Nusa Tenggara Timur selanjutnya adalah baju adat suku manggarai flores. Suku Manggarai adalah sebuah suku bangsa yang mendiami bagian barat pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. Suku ini menuturkan bahasa Manggarai, sebuah bahasa yang disebut sebagai tombo Manggarai oleh para penutur aslinya. Bahasa ini mempunyai sekitar 43 subdialek. 6. Baju Adat Suku Dawan Baju Adat Suku Dawan, Baju Adat NTT – Foto Suku Dawan termasuk suku yang mendiami beberapa kabupaten seperti Kupang,, Timor, dan Belu. Baju adat suku yang satu ini dinamai dengan baju adat Amarasi. Untuk wanita, baju Amarasi memiliki beberapa bagian diantaranya atasan berupa kebaya, bawahannya berupa sarung tenun, selendang yang disampirkan untuk menutup dada. Perhiasan baju Amarasi terdiri dari kalung mutisalak, hiasan kepala berbentuk tusuk konde dengan paduan tiga buah koin dan sisir emas. Tidak lupa ada satu pasang gelang berbentuk kepala ular. Sementara itu, untuk laki-laki, atasannya juga berupa kemeja bodo, bawahan berupa selimut tenun yang diikat. Perhiasan berupa kalung habas, serta ikat kepala berhias tiara, kalung mutisalak, dan gelang timor. 7. Baju Adat Suku Sumba Baju adat NTT yang terakhir merupakan baju adat dari suku Sumba. Suku Sumba sebenarnya tidak terlalu banyak pernak-pernik. Wanita sumba biasanya memakai baju adat berupa sarung yang dipakai setinggi dada, lalu bahunya diselimuti dengan kain toba yang memiliki warna senada dengan sarung. Untuk perhiasannya, wanita suku Sumba mengenakan haikara atau tiara bermotif polos, moraga untuk bagian dahi, mamuli berwarna keemasan untuk giwang atau anting, serta kalung emas. Para laki-laki di suku Sumba juga mengenakan kain lebar yang disebut hinggi untuk menutup badan. Lalu, pada bagian kepala memakai penutup kepala yang dililit dan berjambul atau disebut tiara patang. Ada juga kabiala atau parang yang diselipkan pada kiri ikat pinggang, dan perhiasan kanatar dan mutisalak sebagai gelang. ** Kelima macam baju adat NTT diatas menunjukkan kalau provinsi NTT adalah salah satu provinsi yang memiliki banyak kekayaan budaya. Bukan hanya destinasi wisatanya saja yang elok, namun baju adat di setiap sukunya juga sangat menarik dan menjadi ciri khas bagi provinsi NTT.
Kupang(ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mewajibkan aparatur sipil negara (ASN) di lingkup pemerintahan setempat untuk mengenakan pakaian adat sebagai pakaian dinas resmi pada setiap hari Kamis.WAELENGGA, — Masyarakat di Pulua Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki warisan leluhur yang terus dilestarikan oleh generasi muda yang tersebar di berbagai di kampung. Mulai dari Pulau Lembata hingga di Manggarai Barat, kearifan lokal dalam seni tari terus dirawat dan dipentaskan dalam berbagai event budaya dan pariwisata. Baca juga Tradisi Tengge Kain Songke dan Tradisi Lorang Khas Flores BaratTepi Woja terdiri dari kata "Tepi" yang berarti memisahkan dan "Woja" berarti padi. Jadi tarian Tepi Woja dapat diterjemahkan tarian memisahkan gabah ini mengingatkan kembali bagi generasi muda di era milenial bahwa leluhur orang Manggarai Timur pernah memakai doku atau nyiru sebagai bahan tepi woja. Baca juga Tradisi Gerep Rugha Manuk, Warisan Leluhur Orang Kolang di Flores Pengembangkan seni tari itu dilaksanakan di lembaga pendidikan di seluruh Pulau Flores. Dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi di Pulau Flores. MAKUR Para penari dari SMPK Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT mementaskan tarian Tepi Woja, Sabtu 17/8/2019 saat memeriahkan HUT Ke-74 RI tingkat Kecamatan Kota Komba. Penari SMPK Waemokel mempromosikan kearifan lokal yang berkaitan tradisi pertanian di wilayah Manggarai penerus orang Flores terus menjaga dan mempertahankan berbagai jenis seni tari tersebut dengan mengikuti berbagai pergelaran seni tari di berbagai event-event budaya dan pariwisata.Ls6C7H.